My Journey, My Story, and My Dream

January 17, 2015

Ke Taman Mini (lagi)

Filed under: Keluarga,Travel n Kuliner — ayacerita @ 11:28 am
Tags: ,

Iyah, gak salah kok, kami ke Taman Mini (lagi) waktu liburan tahun baru kemarin, gak tanggung-tanggung, 2 hari dihabisin ke Taman Mini.

Jadi, Viriya lagi suka sama Dinosaurus, sampai hapal banyak nama dinosaurus dan orang rumah juga harus ikutan hapal seperti dia. Suka karena punya buku dinosaurus dan miniaturnya. Jadi dia ngajakin lihat dinosaurus (bohongan pastinya). Cari – cari di internet, dapatnya Taman Dinosaurus di Puncak yang lokasinya dekat Taman Safari, walaupun tanpa info jelas, apa aja yang bisa dilihat disana, rencananya sih mau tetap ke sana.

Tetapi, menjelang liburan Natal, Puncak longsor, dan macet yang biasanya udah gila kalau musim liburan, jadilah lebih gila dan gak waras lagi macetnya. Akhirnya mengubah destinasi menjadi ke Taman Mini aja deh, ke Museum Iptek kan ada Dinosaurusnya, yah walaupun cuma 3 atau 4 buah animatronik, udah lumayan lah yah.

Jadilah selepas Tahun Baru ke Museum Iptek, sampai jam 11, Viriya yang memang selalu senang ke Museum Iptek (ini sudah kunjungan ke-3) tetap saja senang dan excited, gak bosan kesini, sampai dipaksa udahan karena mamah-papahnya sudah kelaperan. Akhirnya jam 2 baru bisa keluar dari museum ini deh, cari makan, dan tujuan selanjutnya mengunjungi Museum Transportasi.

Selesai makan, kok ya, kepengen masuk ke Taman Budaya Tionghoa, selama ini cuma ngelewatin tapi hari itu penasaran mau masuk. Rencananya sebentar aja karena mau ke Museum Transportasi. Tapi rencana manis ini berubah karena hujan dengan derasnya turun, byur byur byur. Jadinya jam 4 kita masih di Museum Hakka deh, padahal jam 4 itu waktu tutup Museum di Taman Mini, batal deh deh ke Museum Transport-nya.

Viriya untungnya gak begitu kecewa, karena di taman yang ini, kami benar-benar disuguhkan suasana dan taman yang indah mirip di film-film kungfu itu, terus banyak patung tokoh China, seperti Sampek-Engtay, Laksamana Cheng Ho, tokoh TNI AL yang keturunan Tionghoa (lupa namanya), dan beberapa patung lainnya yang benar-benar didesain sangat bagus dan indah di taman ini. Ada danau dan gazebo dgn arsitektur China.

Museum Tionghoa dan Hakka-nya juga keren bangat, enggak menyesal masuk sini. Pas pintu masuk, ada kaligrafi di dinding bertuliskan marga-marga orang Tionghoa, tapi sayangnya ditulis dengan huruf Mandarin, gak ngerti deh, saya kan sudah jadi China benteng asli. Ada asal-usul kedatangan keturunan Tionghoa di Indonesia dari China daratan, suku apa aja, tahun berapa. Gedung museum juga unik, mengikuti arsitektur kumpulan rumah orang Hakka, namanya lupa, adalah disana.

Dan yang paling berkesan adalah toilet umumnya bersih bangat standar hotel deh. Ada tissue segala. Ini poin penting buat saya karena kadang kalau kita mengungjungi tempat wisata yang ok ternyata tidak didukung dengan kebersihan toiletnya.

Wah disini juga ada Taman Shio. Jadi 12 patung binatang dalam Shio yang menurut kami juga keren dan jadi objek foto-foto.

Karena sudah jam 4 gak bisa masuk Museum lagi, akhirnya Viriya mau main sepeda saja, kebetulan ada penyewaan sepeda. Jadi dia main sepeda muter-muter, Papahnya pesan kwetiau goreng, Mamahnya ngelihatin anaknya main sepeda yang suka ngebut dan ngerem mendadak sambil deg-degan. Wah sore yang menyenangkan deh saat itu.

Pulangnya, Viriya melihat komodo raksasa (tentu patung yah), teryata itu adalah Museum Reptil, nah karena kebetulan selain lagi suka dinosaurus dia juga lagi suka reptil, langsung ngajakin ke sana juga. Tapi karena sudah tutup, yah kita bilang lain kali aja deh.

Ternyata lain kalinya itu adalah 2 hari kemudian. Yah, pembaca, kami ke Taman Mini lagi 2 hari kemudian, gak bosan emang. Rencana hari ini adalah Museum Reptilia, Museum Transportasi, dan Akuarium Air Tawar.

Ini anak yah emang beneran lagi suka sama reptil, jadi excited bangat pas disana. Saking excitednya, Viriya foto sama ular sanca. Hik hik, padahal mamahnya itu paling tidak suka sama reptil, apalagi ular. Waktu Viriya mau deketin ular sanca itu, saya langsung pergi jauh-jauh, eh gak tahunya selain sentuh-sentuh itu ular, dia foto juga. Fotonya juga dengan pose Viriya sedang memangku badan ular, memegang kepalanya, dan tersenyum gembira.

Huaaaaaa parah, parah, …. ngelihat fotonya saja saya sudah merinding.

Di rumah pakai segala minta pelihara ular, ih gak bakalan deh. Walaupun papahnya setuju, no way, no reptile in my house!

Kunjungan dilanjutkan dengan mengunjungi Museum Transportasi yang murah bangat tiketnya, cuma Rp 2.000. Disini juga tempat yang bagus, saking bagusnya, ada 4 pasangan lagi foto pre-wedding.

Viriya senang bisa lihat miniatur kendaraan tempo dulu, terutama kereta api kuno yang masih pakai batu bara. Tapi ada juga kok kendaraan modern seperti busway. Kalau punya anak kecil, Museum ini sangat direkomendasikan deh buat wisata murah tapi tetap mendidik.

Selanjutnya ke Museum Air Tawar (dan ini juga sudah ke 3 kalinya), tapi Viriya tetap semangat lihatin kolam ikan satu per satu. Kalau disini minta beli ikan kecil-kecil masih boleh deh, lebih mudah peliharanya dan tidak bikin saya takut juga, asal jangan reptil.

Terus menyempatkan diri untuk naik kereta yang puter-puter Taman Mini, jadi bisa lihat itu tempat yang sangat luas dan begitu mempesona. Salut bangat buat Alm. Bu Tien yang sudah membangun tempat wisata sekeren ini.

Yah, itulah liburan ala kami. Belum pernah liburan sama Viriya ke luar negeri, soalnya Taman Mini aja gak  habis-habis dikunjungi, terus sudah dikunjungi berkali-kali tetap gak bosan.

 

April 2, 2013

Kalau punya anak

Filed under: Travel n Kuliner,Viriya — ayacerita @ 5:50 pm

Kalau punya anak, di dompet pasti ada kartu Timezone, Funword, Emi, Amazone, dan berbagai tempat game-game yg lainnya. Yang mana bikin dompet tambah tebel gara-gara kartu tersebut dan sebaliknya duit menipis karena kalau sudah masuk ke Timezone dan sejenisnya, Viriya susah diajak pulang.

Kalau punya anak, sibuk browsing sana-sini kalau tanggal merah datang, khusus untuk saya ditambah lagi dengan kalau waktunya Bronsen pulang, browsing tempat liburan yg asik-asik dan gak usah jauh-jauh. Dan biasanya jatuhnya mencoba playground baru. Selama ini Viriya sudah coba playground di Emi Bekasi dan Chipmunk. Chipmunk ini tempatnya keren dan besar sekali. Ngejar-ngejar Viriya disini sama dengan membakar kalori kalau lagi yoga, sudah gitu pakai acara naik tangga yg sampai 5 lantai dan tingginya hanya 1,4 meter. Jadi sambil lari jagain Viriya, kepala harus nunduk kalau gak mau kejedot.

Terus Viriya juga udah pernah coba main di Playground Kemang. Tempatnya bersih dan standar internasional, maklum yg datang kebanyakan anak bule dan emak bapaknya. Ada taman basah-basahannya juga. Viriya main disini dari kering, basah, sampai kering lagi juga gak mau pulang-pulang. Emak bapaknya lemes nungguinnya.

Pernah dapat diskonan dari Playola Plaza Semanggi dan Giggle the Fun Factory di FX. Waktu sampai di Playola, eyalah ternyata gambar memang tidak selalu sesuai yg aslinya, tempatnya kecil bagi saya, tapi bagi Viriya yg penting bisa main perosotan dan mandi bola. Di Giggle, untung aja diskon, kalau enggak yah rugi aja untuk main disana pakai harga normal. Sudah gitu orang tua juga tetap harus bayar walaupun anaknya masih di bawah 2 tahun yang mana kan pasti masih harus ditemenin kalau mau main di playground gitu. Nah, baik di Playground Kemang dan Giggle yg sama ada air-airnya, Viriya ternyata gak suka-suka bangat main air mucrat begitu, malah cenderung takut. Jadi dia cuma main ambil bola di kolam atau main perosotan yg ada di kolam kecil yang ada busanya, jadinya anak terhindar dari benturan.

Kalau punya anak, gak rugi ngajak main ke Taman Mini, 4 kali Viriya ke Taman Mini gak bosan-bosan dan gak selesai-selesai juga dihabisin tempatnya karena luasnya amit-amit. Pertama kali Viriya ke Taman Mini bareng temen-temen KMB ke museum air tawar, ke 2 kali dst sama papah mamahnya ke Taman Burung dan museum air tawar lagi dan museum kupu-kupu, ke 3 kali ke lihat lampion Disney yg lokasinya di Taman Bunga, ke 4 kalinya ke Istana Anak-Anak dan Museum Iptek. Kesimpulan yg saya dapat lebih worth it ke Museum Iptek daripada Istana Anak-anak deh. Museum Iptek tuh lebih terawat dan untuk anak-anak juga banyak mainan sekaligus media belajar, dan berAC (Taman Mini panas boouuw), sedangkan Istana Anak-anak, gedungnya sih menarik, tapi pas masuk kok ga ada apa-apanya gini yah. Gak ada lagi box telepon yg berisi cerita rakyat waktu dulu masih kecil saya pernah kesana, padahal itu yg paling menarik. Kemarin karena udah kesorean ke Museum Ipteknya jadi belum semua area ditelusuri tapi museumnya sudah mau tutup, yah sudah nanti kita balik lagi deh. Target berikutnya museum Transportasi, mau ngenalin Viriya macam-macam transportasi ceritanya.

Kalau punya anak, pasti gak lupa ngajak anak ke Ancol. Entah itu ke Seaworld, Gelanggang Samudera lihat lumba-lumba, atau main-main pasir aja di pantainya. Di antara semua itu, Viriya paling suka main pasir dan naik perahu di pantai Ancol. Kami sih kalau kesana sore-sore aja biar terhindar dari panasnya sengatan dewa matahari. Ke Dufan? saya sih mau-mau aja ajak dia kesana, tapi Bronsen menolak, dia bilang “Ngapain?” Masih kecil belum bisa menikati semua wahana di Dufan dan harganya juga mahal yah sekarang?

Kalau punya anak, coba deh ajak ke Planetarium TIM di Cikini, selain murah meriah, anak pun bisa lihat bintang yang indah dengan leluasa. Soalnya kan kalau di rumah, udah gak kelihata tuh bintang karena udah terhalang gedung-gedung tinggi. Sabtu kemarin ajak Viriya kesana dan dia senang bangat, walaupun harus antri 3 jam, tapi cukup menyenangkan lah, apalag Viriya jadi tahu hal-hal baru macam planet, bumi, planet cincin, meteor, matahari, bulan, astronot, dan lain sebagainya. Tips kalau kepanasan nunggu di gedung planetariumnya, coba ngadem di XXI di belakangnya, lumayan. Si Viriya aja sampe tidur-tiduran di sofanya yg empuk karena udah berasa panas bangat di luar hehe.

Kalau punya anak, kemana-mana pasti rempong, bawa baju ganti, bawa topi, bawa payung takut hujan atau kepanasan, bawa bekal, bawa susu UHT, bawa air putih, bawa ipad/buku bacaan buat emak bapaknya kalau udah waktunya Viriya tidur siang, dan bawaan-bawaan lainnya. Tapi kerempongan itu terjawab dengan kepuasan dan hati senang pas pulang kan?

 

August 16, 2012

Pesan Hotel

Filed under: Travel n Kuliner — ayacerita @ 4:06 pm

Selama ini ada 2 webiste yg biasa saya pakai buat pesan hotel, Raja Kamar dan Agoda. Mana yang saya pilih? Tentu saja yg paling murah kasih harga untuk hotel yang sama. Karena kadangkala harga Raja Kamar lebih murah, tapi kalo lagi promo harga Agoda juga menarik.

Kalau pesan kamar hotel di Agoda, walaupun kelihatannya murah, harus lebih teliti lagi pas bayar, karena belum termasuk pajak dan biaya tambahannya, nah kalau di Rajakamar, enaknya harganya itu sudah nett, gak ada biaya tambahan apa-apa lagi, kecuali kita ambil makanan di mini bar atau iseng-iseng bawa remote TV sebagai souvenir dari hotel.

Tapi enaknya di Agoda pas bayar, kita langsung yakin pasti dapat kamar. Gak perlu tunggu konfirmasi lagi dalam bentuk dan layanan apapun, misalnya lewat email, sms, atau telepon. Sedangkan di Rajakamar, walaupun kita udah book dan berharap yakin pasti dapat kamar yg kita inginkan, ternyata, masih harus tunggu konfirmasi lagi yg tidak diketahui kapankah konfirmasi itu akan datang.

Pengalaman pribadi, pernah dapat konfirmasi untuk pesanan hotel di Bandung setelah 8 jam booking, itu pun konfirmasinya dengan sms “Pesanan Anda atas hotel ABC sudah dikonfirmasi, silakan bayar ke rekening 1234567890, atas nama Rajakamar. Bila dalam waktu 15 menit dari sms ini dikirim Anda belum membayar, maka pesanan anda akan dibatalkan”. What??!! Dari pagi ditunggu-tunggu konfirmasi pesanannya, kenapa pas sudah sore dan lagi di jalan dan gak kelihatan juga ada ATM BCA dimana, minta dibayar sekarang juga. Sempat komplain sih dengan orang Rajakamar, “Bagaimana kalau saya lagi stuck di tengah jalan tol dalam kota di Jakarta yang macetnya abadi, terus langsung disuruh bayar saat itu juga dan kalau gak bisa keluar tol dalam kota dalam 15 menit dan kebetulan ketemu ATM dalam waktu 15 menit, pesanan saya langsung dibatalkan, padahal saya juga sudah nunggu seharian untuk konfirmasinya?”

Yang cuma dijawab, “Sudah sistem kami begitu Bu, karena kami juga tidak bisa lama-lama lapornya ke pihak hotel”.

Setelah bayar pun ternyata masih harus melewati beberapa step lagi, jadi tidak otomatis dapat email/sms yang menyatakan “pembayaran sudah diterima dan booking sudah sukses”. Tetapi masih harus telepon, tanyain lagi apakah transfernya sudah diterima. Kalau pun dibilang sudah diterima, tidak juga otomatis dapat voucher via email/sms.

Beda dengan Agoda, yg pas kita klik bayar, pasti langsung dapat kamar, dan langsung juga diemail voucher/bukti konfirmasi booking kita.
Jadi gak bakalan deg deg plas tunggu punya tunggu, bookingnya udah ok belum, kira-kira disuruh bayar pas lagi antri di WC karena kebelet pipis gak yah?

Kalau masalah metode pembayaran, buat yg gak punya kartu kredit, memang rada susah untuk pake Agoda yg hanya menerima pembayaran pakai kartu kredit. Beda dengan rajakamar yg bisa ditransfer ke rekening mereka. Kalo punya kartu kredit pun, kadang masih ada perasaan sangsi, apakah kartu kredit gw akan aman? apakah gw tidak akan mengalami kerugian apapun gara-gara nomor kartu kredit gw di-input di laman internet? mengingat kejahatan kartu kredit belum diatur sama UU negara tercinta kita ini. Parno sih ada, tapi saya akali dengan VISA Shield, jadi layanan dari VISA yg bisa mengamankan kartu VISA kita dari kejahatan kartu kredit. Begitu katanya, dan ini bukan promo.

Saya sih belum coba web lain macam booking,com, klikhotel.com, atau pesanhotelindonesia.com. ada yg pernah coba?

 

May 10, 2011

Ke Bandung bersama Viriya

Filed under: Travel n Kuliner — ayacerita @ 2:26 pm

Judulnya sih sama Viriya doang, tapi sebenarnya yang pergi yah serombongan, sama Bronsen, mamah, mamah mertua, dan papah mertua. Perginya juga sudah lama sih, abis Lebaran kemarin pas waktunya break Bronsen. Untung dapatnya habis Lebaran, jadi jalanan sepi gak kena macet parah lah.

Ini perjalanan nginep-nginep pertama Viriya, biasa nginep paling di rumah Bekasi. Nah enaknya punya bayi ASIX dan jalan-jalannya pas dia belum mulai MPASI, jadi gak repot bawa-bawa botol susu atau perlengkapan makan, cukup bawa diri aja karena gentongnya kan juga sekalian ikut, dijamin Viriya gak kelaparan.

Karena pergi bersama orang sepuh dan bayi, dipilihlah tempat yang kita bisa leyeh-leyeh dan santai-santai aja. Pertama, biasa, browsing dulu kemana-mana, niatnya mau 2 malam ke Bandung, tapi kok yah kebanyakan wisata di kota Bandungnya itu yah kalau enggak FO, tempat makan, taman bermain yang mana Viriya gak ngerti, dan gak mungkin juga ngajak orang tua outbond kan?

Akhirnya diputuskan hari pertama nginep di Sari Ater, biar bisa santai berendam air panas. Pilih kamarnya yang model bungalow rumah dari bambu gitu. Pilih rumahnya yang 2 kasur gitu plus tambahan extra bed. Niatnya sih Bronsen mau tidur di kamar sama saya dan Viriya tapi dia mengurungkan niat pengen tidur di depan TV aja pakai extra bed, alasannya :

“Kok jadi berasa tidur dalam besek yah?”

Bungalownya lumayan lah, bisa masak juga kalau niat, tapi paling pake rice cooker aja. Terus ada kulkas, TV, dan dispenser.

Jam 4 sore gitu kita semua memutuskan berendan di kolam air panas di hotel, eyalah, ternyata masih panas bangat airnya, jadi sebentar aja deh. Terus pas coba rendam kakinya Viriya, kayanya masih kepanasan sih, soalnya setelah kakinya diangkat, Viriya langsung pegangin kedua kakinya, gak mau dicemplungin lagi. (Ih lucunya anak mama *emak narsis, apapun yang dilakukan anaknya dianggap lucu aja).

Malamnya makan malam di hotel aja, Bronsen malas jauh-jauh, eh banyak sekali orang yg berendam di kolam air panas sebelah restoran. Mungkin emang enakan malam kali yah, dingin-dingin berendam air panas. Karena bawa bayi dan orang tua, jam 8 kita semua sudah berkumpul di bungalow. Saya nidurin Viriya, yang lain nonton TV dan baca koran saja.

Besok paginya, sarapan di hotel lagi. Ada bajigur, segar ih.

Habis itu berendam lagi di kolam air panasnya deh. Siangnya coba-coba ke main air panas di sebelah yaitu kolam air panas Ciater, karena nginep di Sari Ater, jadi kita gratis aja tuh masuk sana, gak bayar lagi. Beda bangat deh hari Minggu sama hari Senin itu. Kemarin tuh penuh bangat dan kolam-kolamnya jadi kelihatan jorok bangat, segala ada diapers hiiiii …

Tapi hari Senin gini malah sepi dan kita coba-coba untuk main air panasnya, berendam kaki saja, udah mandi, malas basah-basahan lagi.

Dari Sari Ater langsung meluncur ke Dago ke The Valley. Nah disini sempet nyasar nih karena terlalu percaya sama ucapan teman yang orang Bandung asli yang bilang dari Sari Ater bisa langsung ke Dago lewat Maribaya ditambah embel-embel :

“Nanti elo ngelewatin Maribaya, tempatnya Ayya Santini itu lho.”

Jadi pas ngelewatin Taman Maribaya dan Wisma Kusalayani kediaman Ayya Santini, Bronsen yang ragu-ragu salah jalan apa enggak tapi dengan mudahnya saya bilang :

“Gak, bener kok, soalnya kata temenku kita bakalan ngelewatin rumah Ayya Santini.”

Berjalan beberapa ratus meter, kenapa nih jalanan makin sepi dan mengecil yah? Kanan jalan langsung jurang, akhirnya bertanya lah ke seorang Bapak yang sedang mencangkul tanah.

“Wah, Dago mah udah kelewat jauh.”

“Kalau jalan ini, terus kemana Pak?”

“Ke Ujung Berung.”

Walah, nyasar euy. Putar balik (yg rada seram pas puternya), akhirnya setelah jalan sekian lama, ketemu juga The Valley. Wah tempatnya bagus bangat, kebayar deh jauh-jauh kesini.

Di sini kita sewa 2 kamar, 1 kamar untuk orang tua, 1 kamar lagi buat saya, Bronsen, dan Viriya. Oh iya kalau lihat di websitenya, kamar-kamar The Valley itu kan bagus-bagus yah, ternyata sama tuh sama aslinya, keren bangat, jadi pengen punya kamar kaya gitu. Kamar saya model 2 lantai gitu, lantai bawah kamar mandi, lantai atasnya baru tempat tidur dan teman-temannya, kalau gak salah yang model Ilalang deh namanya.

Karena letaknya berbukit-bukit, jadi dari kamar ke lobby itu ada lift, bisa sih kalau niat naik tangga, terus sambung bawa mobil. Ribet kan?

Makan malam di restoran Jepang-nya, all u can eat. Yah standar sih rasanya, tapi keren view-nya karena di atas bukit gitu kan? Yang bikin heran, pas mau selesai makan datang serombongan turis Jepang, bingung deh, orang Jepang jauh-jauh ke Bandung akhirnya makan shabu-shabu lagi? Mantap.

Lagi-lagi, karena ada bayi dan orang tua, jam 8 udah gak kemana-mana lagi, cuma ngiter hotel aja.

Mamah mertua bilang : “Bagus bangat yah hotelnya. Cocok buat honeymmon.

Mamah saya bilang : “Iyah bagus bangat, cocok buat nyimpen bini muda. ^^

Besok paginya sarapannya juga keren lah, standar hotel-hotel bagus.

Habis cek-out turun ke Dago bawah, mampir di Uptown dan Kartika Sari, makan siang dulu, langsung meluncur menuju Bekasi yang cuma makan waktu 2 jam, mantap. Tap dari Bekasi ke Teluk Gong juga ternyata makan waktu 2 jam huehuehueue … Jakarta oh Jakarta.

July 22, 2010

Yang Enak menurut Saya

Filed under: Travel n Kuliner — ayacerita @ 3:22 pm

Hmm kalau lagi kepingin makan sesuatu, maka yang dipikirin yang ini nih:

  1. Sate Padang depan masjid di Pondok Pinang, murah meriah, enak bangat, sampai sekarang menurut saya, gak ada sate padang lain yg bisa ngalahin keenakannya. Bumbunya pas, dagingnya empuk, enak enak enak.
  2. Soto Betawi Mpok Rodemah di Pondok Pinang juga, gurihnya pas, dagingnya juga empuk.
  3. Bakmi Amoy (tidak halal) di Gloria – Glodok, porsinya banyak, daging babinya garing-garing enak, mienya juga lembut deh.
  4. Bakmi Aloy (juga tidak halal), toppingnya banyak.
  5. Bakso goreng dan siomay babi (maaf yah lagi-lagi tidak halal) yang dijual Aih-aih di warungnya yang kecil di jalan Suryopranoto (tepatnya di ujung jalan Petojo Melintang).
  6. Bakso kumis di Pondok Pinang dan bakso yang mangkal depan toko Bocah di Bulan-bulan Bekasi.
  7. Chicken Mozarella-nya Platinum.
  8. Soto Betawi di Teuku Umar yang sekarang harganya mahal yah? tapi worth-it kok sama rasanya.
  9. Sate ayam di Gedung Hijau Pondok Indah.
  10. Pempek Gaby di Bekasi.
  11. Bebek goreng Kaleyo di Rawa Mangun. Bebeknya gak bau n renyah bangat.
  12. Mie kangkung di foodcourtnya Wisma BNI 46.
  13. Laksa ayam dan mie kangkungnya Sabang Bakery.
  14. Ayam goreng punya restoran Sederhana, walaupun kecil tapi enaknya pas.
  15. Steaknya Abuba (kalau lagi gak sakit tenggorokan).
  16. Bubur 3 rasa-nya Tawan.
  17. Kue lopis di Stasiun Gondangdia. Cuma seribu, dan konon saking enaknya ada orang yang beli buat di bawa ke Jepang!!!
  18. Sotomie depan TK Pak Kasur – Cikini. Ini sotomie paling enak yang pernah saya makan deh.
  19. Jus buah di KAFE alias Kantin FEUI.
  20. Sapo tahu dan capcai yang dijual di Kutek UI.
  21. Pecel Lele Ibu Almaidah di Kutek UI.
  22. Cakue Udang Mayonaise-nya Puput-Setiabudi.
  23. Bebek panggang Ahoa di Duta Mas.
  24. Burger Blenger, murah tapi banyak dan enak bangaaaatttt. Saking enaknya, gak mau lagi makan burger di tempat lain karena harganya pasti jauh lebih mahal.
  25. Bakso goreng buatan mertua.
  26. Sayur asem dan ikan kembung pesmol buatan mamah.
  27. Nasi Akwang di Pontianak (kapan yah saya bisa makan lagi???)
  28. Bakso Bakar di Malang (depan SMP apa gitu lupa).
  29. Nasi Bancakan, kampung bangat tapi ngangenin.
  30. Dimsum di Nelayan – Medan, kapan yah bikin cabang di Jakarta?

Lho udah 30 rupanya? terus kapan makannya yah???

September 12, 2009

Makan Bakmie di Teluk Gong

Filed under: Travel n Kuliner — ayacerita @ 11:19 am

Sejak menikah n tinggal di Teluk Gong, saya jarang sekali menerima ajakan makan bakmie. Kenapa? karena saya sudah sangat cukup puas makan bakmie di Teluk Gong. Gimana enggak, tukang bakmie di Teluk Gong itu banyak bangat, dan rasanya jg enak-enak dan bisa seminggu beberapa kali makan bakmie, so kalau lagi gak di Teluk Gong, kenapa jg saya harus makan bakmie lagi kan?

Bakmie pertama yg saya makan itu adalah Bakmie Bengkel, walaupun yg saya lihat tidak ada bengkel di dekat si tukang mie. Tp menurut Bronsen, dulunya tukang bakmie itu emang mangkal deket bengkel, tapi pindah ke lokasi sekarang (di ujung jalan A1, deket pasar), dan tetep disebut bakmie bengkel. Dulu waktu pacaran, setiap kali main ke rumah Bronsen, saya pasti makan bakmie bengkel, rasanya enak, walaupun bakmienya cuma bakmie gerobakan n halal. Gak kehitung deh berapa kali udah makan mie disana, tapi suatu hari saya menemukan penurunan kualitas rasa si bakmie, jadi udah gak makan disana lagi sekarang.

Bakmi ke 2 yg saya coba adalah Bakmi Hongkong di Jalan K. Bakmie babi (chasio) pertama yg saya makan hehe (maklum di Bekasi gak ada yg jual bakmie haram). Enak bangat, waktu itu tahun 2002 harganya Rp5.000 semangkuk, lumayan mahal untuk ukuran mahasiswa yg biasa makan bakmi di Depok seharga Rp 3.000.  Tapi sayang, saya cuma sempat makan disana 2 kali karena gak lama rukonya kebakaran dan waktu dibangun kembali tidak jualan bakmi lagi.

Kemudian ada 3 bakmi favorit saya di Teluk Gong,  kita review satu-satu.

Yang pertama adalah bakmi di Jalan V. Ini bakmi ayam, jualannya di rumah, jam 7 sudah buka. Enak bangat, dan yg paling Bronsen suka adalah “banyak bangat”. Beneran lho, banyak bangat, lbh banyak dari prosinya Bakmi GM. Benar-benar porsi cowok, saya tidak pernah bisa menghabiskan satu porsi bakmie sendirian, pasti 1/2 atau 1/3nya saya transfer ke Bronsen. Tapi dulu saya pernah sempet bosan bangat makan bakmie ini karena setiap kali menginap di rumah Bronsen, pasti paginya disediain sarapan bakmi jalan V hehe. Harganya? murah bangat, dengan porsi gajah, cuma seharga Rp9.000/mangkuk. Sebenarnya saya mau usul sama si empunya bakmi ini agar mengganti mangkok ayam jagonya jd mangkok yg lebih gede, soalnya pas bakmienya datang, saking banyaknya, kita gak bisa ngaduk bakmie tanpa menjatuhkan bakmie/ayam/kuahnya.

Yang ke dua adalah bakmi acek yg suka goyang kepala di pasar Teluk Gong. Ini cuma bakmi gerobakan, tapi enak. Bakmienya pakai daging ayam n babi, harganya juga murah Rp6.000/porsi. Pernah bawa buat sarapan di kantor, n wanginya menggugah selera orang2 hehe. Tapi sayang porsinya sedikit, menurut Bronsen yah, jadi dia pasti beli 2 bungkus baru berasa kenyang.

Yang ke tiga adalah Bakmie Bagan. Kalau masuk dari pasar, belok kanan di belokan pertama, trs belok kiri lagi, ruko ke 3 di sebelah kanan kalau gak salah. Bakmienya kecil-kecil, potongan babi-nya banyak, gak pelit n ada bakso ikannya. Terus rasanya beda sama bakmie lainnya yg pernah saya coba, disini bumbunya agak manis, sambalnya jg berasa manis, tapi gak semanis makanan Semarang kok. Layak dicoba buat pecinta bakmie. Harga seporsi Rp10.000 n karena porsinya porsi cewek, so kalau Bronsen makan, yah 2 porsi baru kenyang.

Kenapa tulisan ini akhirnya jadi membuat image Bronsen tukang makan yah? hehe ….

So, alasan ini kayanya sudah cukup deh membuat saya menolak ajakan makan bakmi lagi di luar, apalagi kalau cuma diajakin makan Bakmi GM … yah kalah deh .. sama bakmie2 yg saya sebut di atas ini hehe.

Tapi kalau diajakin makan bakmi yg belum pernah saya coba, saya mau2 saja, seperti saya sudah pernah mencoba Bakmi Aloi di Gading n Grogol, Bakmi Tan di Mangga Besar 4, n Bakmie Wewe di Ketapang n Greenville.

July 23, 2009

Pisang Goreng + Sambal

Filed under: Travel n Kuliner — ayacerita @ 11:45 am

Pernah gak makan pisang goreng pakai sambal? Kalau di Jakarta mungkin aneh yah, tapi baru-baru ini di Kalimantan saya pernah mencobanya. Ternyata disini orang memang makan pisang goreng dicocol pake sambal kacang (tapi sambalnya gak mirip dengan sambal kacang nasi uduk Jakarta yah), selain pisang goreng, juga ada singkong goreng. Pertama kali dihidangkan, saya bingung kok ada sambal tapi gorengannya gak ada tahu/bakwan/tempe yg biasa dicocol pakai sambal, ternyata memang tidak ada, yg ada cuma pisang goreng plus singkong goreng.

Rasanya? Enak juga, pisang yang manis berpadu rasa dengan sambal yg pedas (untuk yg 1 ini, saya cap jempol deh sama cabai di Kalimatan, pedas-pedas, hot!) ternyata lezat juga, begitu juga dengan singkongnya, gak berasa sepiring gorengan hampir habis qiqi. Ini nih penampakannya:

pisang goreng pake sambal

pisang goreng pake sambal

Eh kok fotonya pisangnya malah gak kelihatan yah, itu ada di bawah singkong goreng, lihat deh sambalnya, keliatan mantap kan?

Tapi sebelumnya di Jakarta pun saya pernah makan pisang goreng pakai sate, pernah coba? Sate Domba Afrika di Hayam Wuruk (cuma buka malam hari) juga menyajikan pisang goreng, ditambah mayonaise dan cabai bila suka, sebagai pengganti nasi/lontong. Waktu awal cicipan sih berasa aneh, tapi selanjutnya, tetap enak kok. Satenya juga gak ditusuk-tusuk, tapi disajikan tanpa tusukan di atas piring. Penasaran? Coba aja, worth to try.

Balik lagi ke Kalimantan, selain makan pisang dan singkong goreng saya juga mencoba KAPPA alias kerang yang kulitnya putih, direbus, dan makannya dicocol lagi pakai sambal (lagi-lagi sambalnya mantap, HOT!). Tapi sambalnya beda dengan sambal pisang goreng, yg ini gak pakai kacang, ini nih penampakannya:

Kappa atau Kerang

Kappa atau Kerang

Lihat sambalnya, merah menggoda selera kan tuh?

Ayo dicoba-dicoba ….

June 24, 2009

Being An Auditor

Filed under: Travel n Kuliner — ayacerita @ 4:39 pm

Being an auditor for 2,5 years means prepare urself for Business Trip, minimal once a month. Where? Hmm, the company have 33 branches around Indonesia, except Aceh and Ambon, so, chance for trip is so so big, bisa sampai bosan.

Here is the story.

Mengunjungji kota-kota besar dan kecil di Indonesia, kalau gak dibiayain kantor, yah gak bakalan bisa, selain gak punya duit sebanyak itu, gak ada waktu, n gak bisa nyetir juga buat sewa mobil jalan2. Yang enak yah jadi auditor, datang ke klien atau cabang, di sana sih awal-awalnya kerja, tapi gak mungkin dong cuma datang ke kantor terus balik hotel kerja lagi n tidur, garing ah. Orang cabang baik-baik mau nemenin cari makanan khas, temenin jalan-jalan sampe nemenin cari oleh-oleh, disupirin, kita tinggal duduk manis 🙂

1. Pulau Jawa

Untuk pulau Jawa, saya sudah pernah ke Bandung (hehe), Semarang, Solo, Yogyakarta, Demak, Kudus, Malang, Jember, dan Probolinggo. Kalau Bandung sih, biasa lah, yang enak disana yah wisata kulinernya, tapi pasti semua orang sudah tahu. 2 makanan yang bikin saya ingin balik lagi ke Bandung cuma ada 2; yang pertama adalah fish steak seperti di Fish&Co, tapi dgn harga 1/2nya, daging yg lebih gede, dan keju lebih banyak, nyam nyam … Rp25ribuan kalo gak salah, saya lupa nama restonya tapi saya makannya di Paskal Square. Yang ke dua adalah traditional food, Nasi Bancakan, di Jl Trunojoyo kalo gak salah, ini makanan tradisional, pake nasi liwet, trs ada sayur genjer yang saya yakin sudah pada gak tahu lagi ini apaan. Ada lauk-lauk tradisional lainnya, minumnya es cincau, segarrrrrr. Makanan disajikan di piring kaleng dan teh hangat gratis, all u can drink, juga di gelas kaleng. Jangan kesini pas jam makan, pasti antri dan gak dapat tempat duduk, saya biasanya datang jam 1-an tapi itu juga masih penuh.

Semarang? Saya sih sudah sering kemari karena adik saya kuliah disana. Saya kurang sreg sama makanannya, all u can eat just the sweet thing. Soto manis, mie ayam manis, sambal pecel manis, manis semua deh. Tapi masih ada yang saya suka sih, resto Lombok Ijo, ayam goreng kering n sayur asemnya enak, ini karena asalnya dari Jakarta, jadi pas seleranya, dan bagelen Wonder, rasanya enak, kejunya pas, gak terlalu penuh seperti bagelen Kartika Sari. Nah, bagi anak Semarang, roti Wonder itu konon lebih enak dari pada roti Bread Talk, gak percaya? silakan saja dikonfirmasi.

Kalau ke Semarang, gak lengkap kalau tidak ke Sampokong, klenteng kuno di sudut kota Semarang ini menjadi satu tujuan favorit wisatawan, peninggalan Laksamana Cheng Ho, dan sekalian saja mampir ke Watugong, disini ada Klenteng dan Vihara juga. Di Watugong, bagi yang belum pernah lihat pohon Sala bisa ditemui disini. Bagi yang belum tahu, Pohon Sala adalah pohon yang menaungi tubuh Buddha saat Buddha parinibanna.

Kalau yg suka dunia lain, alias yang seram-seram, bisa mampir ke Lawang Sewu, bangunan peninggalan Belanda yang katanya angker bangat, saya juga gak pernah masuk sih, ngelewatin sering. Satu lagi, tempat nongkrong orang Semarang adalah Simpang Lima, kalau malam minggu pasti deh banyak bangat anak muda yg pacaran disini. Bolehlah sekali-kali ngeceng disini dan dengerin ada cowok yang godain pake bahasa Jawa yang saya juga ga ngerti artinya.

Perjalanan dari Semarang ke Demak hanya 1 jam tapi ya ampun, jalanannya rusak parah tahun lalu, gak tahu deh kalau sekarang, nothing spesial sih disini, kecuali Masjid Demak peninggalan Sunan Demak yang ada di pelajaran sejarah jaman SMP dulu. 

Di Kudus, kotanya lebih ramai, sudah ada mall dan dimana-mana ada banner gede-gede bertuliskan Djarum … hahaha saya sampai di kampung halamannya rokok Djarum Super rupanya. Disini sempat makan Soto Kudus Pak …. (saya lupa), enak sih sotonya, tapi porsinya itu lho, kecil bangat, saya yang makannya sedikit aja, jam 4 udah lapar lagi. Pantas salah satu teman saya si Gandhi bilang, kalau makan soto kudus yah minimal 5 porsi.

Yogya … I love this city, duh siapa sih yg gak suka Yogya? kotanya memang panas sih, tapi kalau malam, sejuk sekali, siapa sih yg bosan jalan-jalan di Marlioboro, terus masuk ke Batik Mirota yang sudah disambut dengan wangi dupa penenang jiwa calon konsumen yg siap menghabiskan duitnya, lihat-lihat kerajinan tangan yg unik-unik dan murah dibandingkan di mall. Mengagumi ibu-ibu yang sedang memeragakan meggambar batik pakai canting, terus mengkhayal seandainya mampu beli batik tulis si Ibu yang harganya jutaan rupiah haha.

Jangan lupa mampir ke alun-alun selatan, lihat orang-orang beradu nasib agar bisa melewati pohon beringin kembar dengan menutup mata. Konon kabarnya, jika kau bisa melewatinya dgn mulus, your dream will come true. Tapi susah loh ngelewatinnya, padahal jarak 2 pohon beringin ini bisa 5 meter, padahal orang-orang sudah yakin jalan lurus, tapi gak lewat-lewat tuh. Penasaran? coba aja? Kalau di alun-alun utara, bisa duduk leyeh leyeh di tikar sambil makan sekoteng hangat, dan meihat pemandangan tampak depan istana Sultan, mesra loh kalau perginya sama pacar, tapi kalau sama orang cabang, yah lewat aja deh hehe.

Di Yogya, makanan murah (sebenarnya kalau di kota-kota Jateng dan Jatim, makanan tuh murah-murah), makan gudeg (bukan di Marlioboro) 5 ribu bisa kenyang, makan bakso 4 ribu. Trs suami saya suka bangat makan Oseng-oseng Mercon di Jl KH Ahmad Dahlan, pedas bangat booooww … perbandingan daging dan cabe 1:1, alias 1 kilogram daging pakai 1 kilogram cabe. Pedes bangat, tapi Bronsen bisa nambah lho.

Yogya memang kota wisata, ke arah manapun ada tempat wisatanya. Ke atas, ada Kaliurang, tempatnya adem kaya puncak, ke selatan banyak pantai, ada Parangtritis (yg menurut Bronsen sebenarnya pantainya lebih bagus daripada Pattaya yg di Thailand, cuma kurang dikemas aja), ada Pantai Depok, dan bbrp pantai kecil yg masih perawan. Terus jangan lupa disana ada Candi Borobudur, Mendut, Plaosan, Kalasan, dan bbrp candi kecil lain. Masih kurang? mari berkunjung ke Kasongan, pusat gerabah dan kerajinan tangan? harganya murah benar, saya sampai hunting cari souvenir pernikahan disini, terus ada Kotagede, pusat kerajinan perak. Capek? naik becak aja, minta antar keliling kompleks istana, biasanya bapak tukang becak itu orang asli Yogya, jadi bisa sambil cerita2, minimal kita akan diantar ke museum kereta kencana, keren-keren lho, pengen deh jadi putri raja yg bisa naik kereta kencana seperti itu, terus ke rumah pelukis istana yg mana kalau kamu mau beli, bisa bayar serelanya karena gak ada harganya, bingung kan?

Solo, hmm, tidak banyak tempat yg dikunjungi soalnya Kacab saat itu bukan orang yg suka nemenin tamu jalan-jalan, jadi lah cuma makan di sekitar hotel saja. Yang paling berkesan adalah saat makan di angkringan, walaupun tempatnya gelap, tapi dinekatin aja makan disana, tapi ya ampun porsinya kecil-kecil sekali, ada yg sampe nambah 3 bungkus dan it was so cheap, tempe goreng masih dihargai 200 rupiah saja. Total saya makan 2.700 rupiah, hah, kaget kan? hari gini bisa makan cuma segitu? Hmm, terus ada bebek goreng kremes paling enak di Solo, lupa namanya, pokoknya kalau ke Solo jangan lupa makan bebek goreng ini yah.

Seperti halnya di Yogya, di Solo pun kita bisa temui Istana Kasunanan, konon kabarnya umur Ka sunanan Surakarta ini lebih tua dari Kesultanan Yogya. Cukup dengan 15ribu rupiah kita bisa keliling istana naik becak. Dan jangan lupa mengunjungi Pasar Klewer … banyak batik disana dgn beragam model tapi jangan lupa keluarkan jurus nawarnya yah.

Malang, kota yg adem, dingin, sejuk, enak deh pokoknya, baso bakarnya juga enak, plus pecel madiun-nya. Sayang saya cuma 2 hari di sini, tapi itu juga sudah bikin saya betah disini.

Jember, kota yg tidak punya makanan khas hehe, soalnya pas saya mau bilang mau makan makanan khas Jember, orang Jember-nya sendiri malah bingung. Tapi rawon disini enak kok, yang jual itu keluarga Tionghoa. Disini tempat nogkrongnya cuma Matahari Dept Store.

Probolinggo, kota yg murah meriah … bayangkan makan gado-gado 3 porsi plus telur rebus utuh dan 3 gelas juice buah segar (salah satunya alpukat), saya cuma bayar Rp23.000, What a cheap, right?

Dari Probolinggo ke Jember, saya sempet-sempetin lewat daerah Kraksaan, ih mirip Puncak lho, jalanannya mendaki, berputar-putar, pemandangannya pun masih asri, plus mampir foto-foto di depan PLTU Paiton, norak yah? tapi pantainya bagus kok, pasirnya bersih, masih perawan.

2. Pulau Kalimantan

Hmm, cuma sempat kebagian ke Pontianak, tapi sangat menyenangkan sekali, karena dapat partner yg suka makan dan sudah menyiapkan list makanan enak di Pontianak dari internet.

Begitu terpesona saya melewati Jln Gajah Mada, banyak bener makanan enak, saya sampai bilang rasanya tidak cukup ke Pontianak kalau cuma seminggu, belum puas cobain makanannya.

Di Pontianak, hiburan satu-satunya adalah berkunjung ke Tugu Khatulistiwa, haha, jadi ingat pelajaran waktu SD, bujur dan lintang  nol derajat. Saya pikir tugunya bakal setinggi Monas eh ini mah masih lebih tinggi  Jembatan Busway kali yah? Tapi lumayanlah bergaya disana.

3. Pulau Sumatra

Jambi, kota yang sangat kecil, orang Jambi kalau mau naik pesawat, gak usah buru-buru ke airport, cukup melongok ke jendela n lihat aja pesawatnya sudah mendarat apa belum. Kalau pesawat yang mau dinaikin sudah mendarat, baru deh ke airport, simple kan?

Di Jambi bnyk bangat rumah makan Padang, restoran yang terkenal enaknya adalah restoran Padang, sempet juga coba makan ikan nila goreng plus nasi uduk, tapi mahal, masa it cost me 25 ribu rupiah.

Terus saya penasaran bangat sama Candi Muara Jambi, kompleks candi Buddha yang lebih besar daripada candi Borobudur, dan untungnya, ada relasi yang ternyata pengusaha Buddhis, dan waktu saya bilang saya mau ke Muara Jambi, dengan antusias dia bilang, “Mau? Nanti saya antar.” Ah, dengan senang hati Koh … hehe. Jadilah 1 hari kerja saya dipakai untuk jalan-jalan saja, hehe, lokasinya jauh, 1,5 jam dari Kota Jambi, tapi it’s really worth it … so nice … ah kapan yah Agama Buddha mengalami perkembangan seperti ini lagi? Miss that …

Medan, haha, jangan ditanya, ini adalah kota yang seperti Pontianak, disini cuma bisa makan dan makan, enak-enak lho, enak bangat gila, gak puas kalau cuma 1 minggu kesini. Sate Padangnya enak, dimsum di Nelayan murah dan enak, pengen nambah dan nambah lagi, terusnya Kwetiau Belacan juga enak, gak ada di Jakarta terus gak bisa dibungkus juga. Sedihnya.

Tapi saya penasaran dengan Danau Toba sebenarnya, sayang gak sempat kesana. Di Medan juga pusatnya buah yg saya gak bisa cium aromanya, durian, aih, itu kalau lagi musim durian, baunya menusuk kemana-mana. Saya pernah harus dikurung di dalam mobil, sementara 2 rekan auditor saya dengan senang dan teganya makan duren sepuasnya di luar. Di dalam mobil, saya cuma bisa berharap, jangan sampai mereka pada sendawa, hueeekkk, bau durennnnnn.

Palembang, kota pempek. Sarapan aja di hotel ada pempek, mungkin perut orang Palembang udah pada tahan sama cukanya kali yah? Paling enak Pempek Ek Dempo yang pakaie ikan belida, tapi mahal jeng, 1 pempek kapal selam cost me 17ribu. Dan satu lagi makanan enak, pindang ikan patin, segar bangat … hmm pengen makan pindang patin lagi, di Jakarta dimana yah yg enak?

So, being an auditor gak ada ruginya kan? Travelling terus, gratis pula, dan kalau dapet rekan yg gak gila kerja n suka jalan2 juga, asik loh, naik becak keliling kota juga dijabanin. Tapi ini cerita dulu waktu masih muda (baca: single), sekarang, ih kok malas bangat tiap kali disuruh ke luar kota yah? Kalau perlu kerjanya conference call atau email aja deh hehe.

Blog at WordPress.com.