Being an auditor for 2,5 years means prepare urself for Business Trip, minimal once a month. Where? Hmm, the company have 33 branches around Indonesia, except Aceh and Ambon, so, chance for trip is so so big, bisa sampai bosan.
Here is the story.
Mengunjungji kota-kota besar dan kecil di Indonesia, kalau gak dibiayain kantor, yah gak bakalan bisa, selain gak punya duit sebanyak itu, gak ada waktu, n gak bisa nyetir juga buat sewa mobil jalan2. Yang enak yah jadi auditor, datang ke klien atau cabang, di sana sih awal-awalnya kerja, tapi gak mungkin dong cuma datang ke kantor terus balik hotel kerja lagi n tidur, garing ah. Orang cabang baik-baik mau nemenin cari makanan khas, temenin jalan-jalan sampe nemenin cari oleh-oleh, disupirin, kita tinggal duduk manis 🙂
1. Pulau Jawa
Untuk pulau Jawa, saya sudah pernah ke Bandung (hehe), Semarang, Solo, Yogyakarta, Demak, Kudus, Malang, Jember, dan Probolinggo. Kalau Bandung sih, biasa lah, yang enak disana yah wisata kulinernya, tapi pasti semua orang sudah tahu. 2 makanan yang bikin saya ingin balik lagi ke Bandung cuma ada 2; yang pertama adalah fish steak seperti di Fish&Co, tapi dgn harga 1/2nya, daging yg lebih gede, dan keju lebih banyak, nyam nyam … Rp25ribuan kalo gak salah, saya lupa nama restonya tapi saya makannya di Paskal Square. Yang ke dua adalah traditional food, Nasi Bancakan, di Jl Trunojoyo kalo gak salah, ini makanan tradisional, pake nasi liwet, trs ada sayur genjer yang saya yakin sudah pada gak tahu lagi ini apaan. Ada lauk-lauk tradisional lainnya, minumnya es cincau, segarrrrrr. Makanan disajikan di piring kaleng dan teh hangat gratis, all u can drink, juga di gelas kaleng. Jangan kesini pas jam makan, pasti antri dan gak dapat tempat duduk, saya biasanya datang jam 1-an tapi itu juga masih penuh.
Semarang? Saya sih sudah sering kemari karena adik saya kuliah disana. Saya kurang sreg sama makanannya, all u can eat just the sweet thing. Soto manis, mie ayam manis, sambal pecel manis, manis semua deh. Tapi masih ada yang saya suka sih, resto Lombok Ijo, ayam goreng kering n sayur asemnya enak, ini karena asalnya dari Jakarta, jadi pas seleranya, dan bagelen Wonder, rasanya enak, kejunya pas, gak terlalu penuh seperti bagelen Kartika Sari. Nah, bagi anak Semarang, roti Wonder itu konon lebih enak dari pada roti Bread Talk, gak percaya? silakan saja dikonfirmasi.
Kalau ke Semarang, gak lengkap kalau tidak ke Sampokong, klenteng kuno di sudut kota Semarang ini menjadi satu tujuan favorit wisatawan, peninggalan Laksamana Cheng Ho, dan sekalian saja mampir ke Watugong, disini ada Klenteng dan Vihara juga. Di Watugong, bagi yang belum pernah lihat pohon Sala bisa ditemui disini. Bagi yang belum tahu, Pohon Sala adalah pohon yang menaungi tubuh Buddha saat Buddha parinibanna.
Kalau yg suka dunia lain, alias yang seram-seram, bisa mampir ke Lawang Sewu, bangunan peninggalan Belanda yang katanya angker bangat, saya juga gak pernah masuk sih, ngelewatin sering. Satu lagi, tempat nongkrong orang Semarang adalah Simpang Lima, kalau malam minggu pasti deh banyak bangat anak muda yg pacaran disini. Bolehlah sekali-kali ngeceng disini dan dengerin ada cowok yang godain pake bahasa Jawa yang saya juga ga ngerti artinya.
Perjalanan dari Semarang ke Demak hanya 1 jam tapi ya ampun, jalanannya rusak parah tahun lalu, gak tahu deh kalau sekarang, nothing spesial sih disini, kecuali Masjid Demak peninggalan Sunan Demak yang ada di pelajaran sejarah jaman SMP dulu.
Di Kudus, kotanya lebih ramai, sudah ada mall dan dimana-mana ada banner gede-gede bertuliskan Djarum … hahaha saya sampai di kampung halamannya rokok Djarum Super rupanya. Disini sempat makan Soto Kudus Pak …. (saya lupa), enak sih sotonya, tapi porsinya itu lho, kecil bangat, saya yang makannya sedikit aja, jam 4 udah lapar lagi. Pantas salah satu teman saya si Gandhi bilang, kalau makan soto kudus yah minimal 5 porsi.
Yogya … I love this city, duh siapa sih yg gak suka Yogya? kotanya memang panas sih, tapi kalau malam, sejuk sekali, siapa sih yg bosan jalan-jalan di Marlioboro, terus masuk ke Batik Mirota yang sudah disambut dengan wangi dupa penenang jiwa calon konsumen yg siap menghabiskan duitnya, lihat-lihat kerajinan tangan yg unik-unik dan murah dibandingkan di mall. Mengagumi ibu-ibu yang sedang memeragakan meggambar batik pakai canting, terus mengkhayal seandainya mampu beli batik tulis si Ibu yang harganya jutaan rupiah haha.
Jangan lupa mampir ke alun-alun selatan, lihat orang-orang beradu nasib agar bisa melewati pohon beringin kembar dengan menutup mata. Konon kabarnya, jika kau bisa melewatinya dgn mulus, your dream will come true. Tapi susah loh ngelewatinnya, padahal jarak 2 pohon beringin ini bisa 5 meter, padahal orang-orang sudah yakin jalan lurus, tapi gak lewat-lewat tuh. Penasaran? coba aja? Kalau di alun-alun utara, bisa duduk leyeh leyeh di tikar sambil makan sekoteng hangat, dan meihat pemandangan tampak depan istana Sultan, mesra loh kalau perginya sama pacar, tapi kalau sama orang cabang, yah lewat aja deh hehe.
Di Yogya, makanan murah (sebenarnya kalau di kota-kota Jateng dan Jatim, makanan tuh murah-murah), makan gudeg (bukan di Marlioboro) 5 ribu bisa kenyang, makan bakso 4 ribu. Trs suami saya suka bangat makan Oseng-oseng Mercon di Jl KH Ahmad Dahlan, pedas bangat booooww … perbandingan daging dan cabe 1:1, alias 1 kilogram daging pakai 1 kilogram cabe. Pedes bangat, tapi Bronsen bisa nambah lho.
Yogya memang kota wisata, ke arah manapun ada tempat wisatanya. Ke atas, ada Kaliurang, tempatnya adem kaya puncak, ke selatan banyak pantai, ada Parangtritis (yg menurut Bronsen sebenarnya pantainya lebih bagus daripada Pattaya yg di Thailand, cuma kurang dikemas aja), ada Pantai Depok, dan bbrp pantai kecil yg masih perawan. Terus jangan lupa disana ada Candi Borobudur, Mendut, Plaosan, Kalasan, dan bbrp candi kecil lain. Masih kurang? mari berkunjung ke Kasongan, pusat gerabah dan kerajinan tangan? harganya murah benar, saya sampai hunting cari souvenir pernikahan disini, terus ada Kotagede, pusat kerajinan perak. Capek? naik becak aja, minta antar keliling kompleks istana, biasanya bapak tukang becak itu orang asli Yogya, jadi bisa sambil cerita2, minimal kita akan diantar ke museum kereta kencana, keren-keren lho, pengen deh jadi putri raja yg bisa naik kereta kencana seperti itu, terus ke rumah pelukis istana yg mana kalau kamu mau beli, bisa bayar serelanya karena gak ada harganya, bingung kan?
Solo, hmm, tidak banyak tempat yg dikunjungi soalnya Kacab saat itu bukan orang yg suka nemenin tamu jalan-jalan, jadi lah cuma makan di sekitar hotel saja. Yang paling berkesan adalah saat makan di angkringan, walaupun tempatnya gelap, tapi dinekatin aja makan disana, tapi ya ampun porsinya kecil-kecil sekali, ada yg sampe nambah 3 bungkus dan it was so cheap, tempe goreng masih dihargai 200 rupiah saja. Total saya makan 2.700 rupiah, hah, kaget kan? hari gini bisa makan cuma segitu? Hmm, terus ada bebek goreng kremes paling enak di Solo, lupa namanya, pokoknya kalau ke Solo jangan lupa makan bebek goreng ini yah.
Seperti halnya di Yogya, di Solo pun kita bisa temui Istana Kasunanan, konon kabarnya umur Ka sunanan Surakarta ini lebih tua dari Kesultanan Yogya. Cukup dengan 15ribu rupiah kita bisa keliling istana naik becak. Dan jangan lupa mengunjungi Pasar Klewer … banyak batik disana dgn beragam model tapi jangan lupa keluarkan jurus nawarnya yah.
Malang, kota yg adem, dingin, sejuk, enak deh pokoknya, baso bakarnya juga enak, plus pecel madiun-nya. Sayang saya cuma 2 hari di sini, tapi itu juga sudah bikin saya betah disini.
Jember, kota yg tidak punya makanan khas hehe, soalnya pas saya mau bilang mau makan makanan khas Jember, orang Jember-nya sendiri malah bingung. Tapi rawon disini enak kok, yang jual itu keluarga Tionghoa. Disini tempat nogkrongnya cuma Matahari Dept Store.
Probolinggo, kota yg murah meriah … bayangkan makan gado-gado 3 porsi plus telur rebus utuh dan 3 gelas juice buah segar (salah satunya alpukat), saya cuma bayar Rp23.000, What a cheap, right?
Dari Probolinggo ke Jember, saya sempet-sempetin lewat daerah Kraksaan, ih mirip Puncak lho, jalanannya mendaki, berputar-putar, pemandangannya pun masih asri, plus mampir foto-foto di depan PLTU Paiton, norak yah? tapi pantainya bagus kok, pasirnya bersih, masih perawan.
2. Pulau Kalimantan
Hmm, cuma sempat kebagian ke Pontianak, tapi sangat menyenangkan sekali, karena dapat partner yg suka makan dan sudah menyiapkan list makanan enak di Pontianak dari internet.
Begitu terpesona saya melewati Jln Gajah Mada, banyak bener makanan enak, saya sampai bilang rasanya tidak cukup ke Pontianak kalau cuma seminggu, belum puas cobain makanannya.
Di Pontianak, hiburan satu-satunya adalah berkunjung ke Tugu Khatulistiwa, haha, jadi ingat pelajaran waktu SD, bujur dan lintang nol derajat. Saya pikir tugunya bakal setinggi Monas eh ini mah masih lebih tinggi Jembatan Busway kali yah? Tapi lumayanlah bergaya disana.
3. Pulau Sumatra
Jambi, kota yang sangat kecil, orang Jambi kalau mau naik pesawat, gak usah buru-buru ke airport, cukup melongok ke jendela n lihat aja pesawatnya sudah mendarat apa belum. Kalau pesawat yang mau dinaikin sudah mendarat, baru deh ke airport, simple kan?
Di Jambi bnyk bangat rumah makan Padang, restoran yang terkenal enaknya adalah restoran Padang, sempet juga coba makan ikan nila goreng plus nasi uduk, tapi mahal, masa it cost me 25 ribu rupiah.
Terus saya penasaran bangat sama Candi Muara Jambi, kompleks candi Buddha yang lebih besar daripada candi Borobudur, dan untungnya, ada relasi yang ternyata pengusaha Buddhis, dan waktu saya bilang saya mau ke Muara Jambi, dengan antusias dia bilang, “Mau? Nanti saya antar.” Ah, dengan senang hati Koh … hehe. Jadilah 1 hari kerja saya dipakai untuk jalan-jalan saja, hehe, lokasinya jauh, 1,5 jam dari Kota Jambi, tapi it’s really worth it … so nice … ah kapan yah Agama Buddha mengalami perkembangan seperti ini lagi? Miss that …
Medan, haha, jangan ditanya, ini adalah kota yang seperti Pontianak, disini cuma bisa makan dan makan, enak-enak lho, enak bangat gila, gak puas kalau cuma 1 minggu kesini. Sate Padangnya enak, dimsum di Nelayan murah dan enak, pengen nambah dan nambah lagi, terusnya Kwetiau Belacan juga enak, gak ada di Jakarta terus gak bisa dibungkus juga. Sedihnya.
Tapi saya penasaran dengan Danau Toba sebenarnya, sayang gak sempat kesana. Di Medan juga pusatnya buah yg saya gak bisa cium aromanya, durian, aih, itu kalau lagi musim durian, baunya menusuk kemana-mana. Saya pernah harus dikurung di dalam mobil, sementara 2 rekan auditor saya dengan senang dan teganya makan duren sepuasnya di luar. Di dalam mobil, saya cuma bisa berharap, jangan sampai mereka pada sendawa, hueeekkk, bau durennnnnn.
Palembang, kota pempek. Sarapan aja di hotel ada pempek, mungkin perut orang Palembang udah pada tahan sama cukanya kali yah? Paling enak Pempek Ek Dempo yang pakaie ikan belida, tapi mahal jeng, 1 pempek kapal selam cost me 17ribu. Dan satu lagi makanan enak, pindang ikan patin, segar bangat … hmm pengen makan pindang patin lagi, di Jakarta dimana yah yg enak?
So, being an auditor gak ada ruginya kan? Travelling terus, gratis pula, dan kalau dapet rekan yg gak gila kerja n suka jalan2 juga, asik loh, naik becak keliling kota juga dijabanin. Tapi ini cerita dulu waktu masih muda (baca: single), sekarang, ih kok malas bangat tiap kali disuruh ke luar kota yah? Kalau perlu kerjanya conference call atau email aja deh hehe.