My Journey, My Story, and My Dream

July 5, 2015

5 Tahun, Waktunya Imunisasi Booster

Filed under: Cuma mikir,Curhat emak-emak — ayacerita @ 11:01 am

Setelah merayakan ulang tahun yang ke 5 di sekolah, buka kado dari teman-teman, makan-makan bareng keluarga, hal berikutnya yang harus dilakukan sang emak di umur 5 ini adalah cek jadwal imunisasi booster.

Sesuai jadwal IDAI tahun 2014, di umur 5 ini, Viriya harus mendapatkan imunisasi booster tifoid dan MMR. Sayangnya waktu ke Markas Sehat untuk imunisasi simultan 2 suntikan ini, vaksin MMR lagi kosong dan dapat antrian yang ke 50 kalau mau indent. Kalau baca dari diskusi di milis, ternyata memang sudah lama nih vaksin MMR kosong, plus vaksin Varicella (cacar air) juga kosong. Beberapa teman bilang anaknya keburu kena cacar air karena belum sempat vaksin Varicella karena stok kosong. Kasihan yah, semoga negara kita cepat-cepat bisa memproduksi semua vaksin yang sangat dibutuhkan oleh anak Indonesia.

Balik ke rencana imunisasi, akhirnya setelah hubungi klinik sana-sini, berhasil menemukan klinik imunisasi di Percetakan Negara yang bilang punya stok vaksin MMR, hore, saya book 2 buah, selain untuk Viriya, saya juga ma divaksin MMR untuk persiapan hamil anak ke dua. Dua kali batal janji karena yang mau disuntik ternyata batuk pilek dan karena MMR adalah vaksin hidup, direkomendasikan harus disuntik dalam kondisi badan sehat, akhirnya minggu lalu jadi juga deh imunisasi MMRnya.

Saat di klinik, dokter yang juga pemilik klinik memeriksa buku imunisasi Viriya dan memuji-muji saya sebagai emak yang penuh perhatian terhadap jadwal imunisasi anaknya hehe. Menurut dokter ada 4 imunisasi yang saya ketinggalan : 1. Rotavirus (gak saya ambil dan tidak disarankan juga sekarang diambil, vaksin rota baru ada pas Viriya udah umur 1 tahunan), 2. PCV (emang keputusan saya untuk gak ambil karena strain yang ada di vaksin PCV waktu itu baru sedikit dan gak yakin kuman yang ada di strain tersebut adalah kuman yang ada di Indonesia plus harganya mahal juga, sayang aja udah mahal tapi gak tepat sasaran, tapi selama ini saya upayakan mengikuti perkembangan vaksin ini, jika memang sudah layak Viriya untuk mendapatkan, pasti akan diberikan), 3. Influenza (selain harus disuntik di tempat Bronz bekerja, saya yang sudah pernah dapat vaksin (waktu di kantor lama, semua vaksin dicover hehe), tetap aja kena flu juga, jadi lebih karena belum yakin efektivitas imunisasi ini), 4. Hepatitis A yang ke dua (ini yang saya bingung, sesuai buku, Viriya sudah pernah dapat di umur 2 tahun, tapi kok gak ada boosternya di 6-12 bulan kemudian. Suami  yakin bangat kalau saya gak mungkin ketinggalan 1 imunisasi pun karena saya memang sangat aware akan hal ini, tapi saya juga jadi bingung kenapa ga ada jejaknya di buku. Kemungkinan pas imunisasi booster, buku ketinggalan jadi gak kecatat. Sekarang masih berupaya mengingat apakah sudah pernah atau belum yah).

Saya bukan tipe setia pada satu dokter untuk imunisasi, bagi saya, imunisasi bisa dimana saja dan tidak harus di dokter anak. Bisa saja di dokter umum asalkan dia menyediakan vaksin tersebut dengan kondisi penyimpanan sesuai syarat. Biasa di klinik yang menyediakan imunisasi, akan ada chiller tempat menyimpan vaksin. Pada umumnya, vaksin harus disimpan di suhu 2-8 derajat Celcius. Kurang atau lebih dari itu, kuman akan rusak dan vaksin sudah tidak efektif lagi jika pun disuntikan. Jadi gak asal pilih dokter/klinik juga, kita pun harus mengecek kondisi penyimpanan vaksinnya.

OK, jangan lupa yah untuk selalu mengikuti jadwal imunisasi anak dengan benar. Cek langsung aja ke jadwal IDAI terbaru. Jangan salahin dokter kalau dokter lupa bilang untuk kembali lagi beberapa bulan ke depan untuk imunisasi A-I-U-E-O karena imunisasi anak itu sebenarnya tanggung jawab orang tuanya, bukan tanggung jawab dokter. Ibarat mau memberangkatkan anak ke medan perang, yang gak dapat imunisasi cuma bawa diri aja plus doa orang tua; sedangkan anak yang dapat imunisasi akan berangkat ke medan perang dengan doa orang tua, rompi anti peluru, pistol, plus perisai kalau perlu.

Isi Dompet

Filed under: Curhat emak-emak — ayacerita @ 10:30 am

Buat perempuan, dompet bukan hanya tempat simpan uang, tapi juga tempat simpan kartu lainnya, seperti yang ada di dompet saya ini :

  • KTP, SIM
  • Kartu asuransi dari kantor
  • Kartu kredit : 3 buah
  • Kartu ATM : 3 buah
  • Kartu rumah sakit saya dan Viriya
  • Member card : teryata ada 12 kartu ^^
  • Kartu nama 2 lembar, cuma buat jaga-jaga

Dan sejak resmi punya anak, kartu bertambah dengan kartu berikut :

  • Timezone
  • Amazone
  • Funworld
  • Emi
  • Empokids
  • beberapa kartu tempat games lain yang mungkin cuma ada di satu atau dua mal saja

Gak heran dompet jadi berat, dan saya baru ngeh ternyata dompet saya harusnya ringan pas saya mengeluarkan kartu apa saja yang mesti saya tinggalkan waktu harus pergi ke luar negeri 2 minggu yang lalu, ternyata saya cuma butuh bawa KTP, SIM, credit card, ATM, kartu asuransi (buat jaga-jaga), dan kartu nama.

Dan tambah ringan saat mengeluarkan bukti transaksi kartu kredit yang ternyata belum saya buang sejak 2 bulan lalu. Jadi kempes deh tuh dompet.

Episode Belajar Gak Pakai Pampers di Malam Hari

Filed under: bronsenikutcerita,Viriya — ayacerita @ 10:12 am

Ternyata komitmen yang dibutuhkan memang lebih besar …

Still in progress

Still in progress

January 17, 2015

Ke Taman Mini (lagi)

Filed under: Keluarga,Travel n Kuliner — ayacerita @ 11:28 am
Tags: ,

Iyah, gak salah kok, kami ke Taman Mini (lagi) waktu liburan tahun baru kemarin, gak tanggung-tanggung, 2 hari dihabisin ke Taman Mini.

Jadi, Viriya lagi suka sama Dinosaurus, sampai hapal banyak nama dinosaurus dan orang rumah juga harus ikutan hapal seperti dia. Suka karena punya buku dinosaurus dan miniaturnya. Jadi dia ngajakin lihat dinosaurus (bohongan pastinya). Cari – cari di internet, dapatnya Taman Dinosaurus di Puncak yang lokasinya dekat Taman Safari, walaupun tanpa info jelas, apa aja yang bisa dilihat disana, rencananya sih mau tetap ke sana.

Tetapi, menjelang liburan Natal, Puncak longsor, dan macet yang biasanya udah gila kalau musim liburan, jadilah lebih gila dan gak waras lagi macetnya. Akhirnya mengubah destinasi menjadi ke Taman Mini aja deh, ke Museum Iptek kan ada Dinosaurusnya, yah walaupun cuma 3 atau 4 buah animatronik, udah lumayan lah yah.

Jadilah selepas Tahun Baru ke Museum Iptek, sampai jam 11, Viriya yang memang selalu senang ke Museum Iptek (ini sudah kunjungan ke-3) tetap saja senang dan excited, gak bosan kesini, sampai dipaksa udahan karena mamah-papahnya sudah kelaperan. Akhirnya jam 2 baru bisa keluar dari museum ini deh, cari makan, dan tujuan selanjutnya mengunjungi Museum Transportasi.

Selesai makan, kok ya, kepengen masuk ke Taman Budaya Tionghoa, selama ini cuma ngelewatin tapi hari itu penasaran mau masuk. Rencananya sebentar aja karena mau ke Museum Transportasi. Tapi rencana manis ini berubah karena hujan dengan derasnya turun, byur byur byur. Jadinya jam 4 kita masih di Museum Hakka deh, padahal jam 4 itu waktu tutup Museum di Taman Mini, batal deh deh ke Museum Transport-nya.

Viriya untungnya gak begitu kecewa, karena di taman yang ini, kami benar-benar disuguhkan suasana dan taman yang indah mirip di film-film kungfu itu, terus banyak patung tokoh China, seperti Sampek-Engtay, Laksamana Cheng Ho, tokoh TNI AL yang keturunan Tionghoa (lupa namanya), dan beberapa patung lainnya yang benar-benar didesain sangat bagus dan indah di taman ini. Ada danau dan gazebo dgn arsitektur China.

Museum Tionghoa dan Hakka-nya juga keren bangat, enggak menyesal masuk sini. Pas pintu masuk, ada kaligrafi di dinding bertuliskan marga-marga orang Tionghoa, tapi sayangnya ditulis dengan huruf Mandarin, gak ngerti deh, saya kan sudah jadi China benteng asli. Ada asal-usul kedatangan keturunan Tionghoa di Indonesia dari China daratan, suku apa aja, tahun berapa. Gedung museum juga unik, mengikuti arsitektur kumpulan rumah orang Hakka, namanya lupa, adalah disana.

Dan yang paling berkesan adalah toilet umumnya bersih bangat standar hotel deh. Ada tissue segala. Ini poin penting buat saya karena kadang kalau kita mengungjungi tempat wisata yang ok ternyata tidak didukung dengan kebersihan toiletnya.

Wah disini juga ada Taman Shio. Jadi 12 patung binatang dalam Shio yang menurut kami juga keren dan jadi objek foto-foto.

Karena sudah jam 4 gak bisa masuk Museum lagi, akhirnya Viriya mau main sepeda saja, kebetulan ada penyewaan sepeda. Jadi dia main sepeda muter-muter, Papahnya pesan kwetiau goreng, Mamahnya ngelihatin anaknya main sepeda yang suka ngebut dan ngerem mendadak sambil deg-degan. Wah sore yang menyenangkan deh saat itu.

Pulangnya, Viriya melihat komodo raksasa (tentu patung yah), teryata itu adalah Museum Reptil, nah karena kebetulan selain lagi suka dinosaurus dia juga lagi suka reptil, langsung ngajakin ke sana juga. Tapi karena sudah tutup, yah kita bilang lain kali aja deh.

Ternyata lain kalinya itu adalah 2 hari kemudian. Yah, pembaca, kami ke Taman Mini lagi 2 hari kemudian, gak bosan emang. Rencana hari ini adalah Museum Reptilia, Museum Transportasi, dan Akuarium Air Tawar.

Ini anak yah emang beneran lagi suka sama reptil, jadi excited bangat pas disana. Saking excitednya, Viriya foto sama ular sanca. Hik hik, padahal mamahnya itu paling tidak suka sama reptil, apalagi ular. Waktu Viriya mau deketin ular sanca itu, saya langsung pergi jauh-jauh, eh gak tahunya selain sentuh-sentuh itu ular, dia foto juga. Fotonya juga dengan pose Viriya sedang memangku badan ular, memegang kepalanya, dan tersenyum gembira.

Huaaaaaa parah, parah, …. ngelihat fotonya saja saya sudah merinding.

Di rumah pakai segala minta pelihara ular, ih gak bakalan deh. Walaupun papahnya setuju, no way, no reptile in my house!

Kunjungan dilanjutkan dengan mengunjungi Museum Transportasi yang murah bangat tiketnya, cuma Rp 2.000. Disini juga tempat yang bagus, saking bagusnya, ada 4 pasangan lagi foto pre-wedding.

Viriya senang bisa lihat miniatur kendaraan tempo dulu, terutama kereta api kuno yang masih pakai batu bara. Tapi ada juga kok kendaraan modern seperti busway. Kalau punya anak kecil, Museum ini sangat direkomendasikan deh buat wisata murah tapi tetap mendidik.

Selanjutnya ke Museum Air Tawar (dan ini juga sudah ke 3 kalinya), tapi Viriya tetap semangat lihatin kolam ikan satu per satu. Kalau disini minta beli ikan kecil-kecil masih boleh deh, lebih mudah peliharanya dan tidak bikin saya takut juga, asal jangan reptil.

Terus menyempatkan diri untuk naik kereta yang puter-puter Taman Mini, jadi bisa lihat itu tempat yang sangat luas dan begitu mempesona. Salut bangat buat Alm. Bu Tien yang sudah membangun tempat wisata sekeren ini.

Yah, itulah liburan ala kami. Belum pernah liburan sama Viriya ke luar negeri, soalnya Taman Mini aja gak  habis-habis dikunjungi, terus sudah dikunjungi berkali-kali tetap gak bosan.

 

September 19, 2014

Viriya sekolah beneran

Filed under: Viriya — ayacerita @ 5:14 pm

Iyah, Viriya sekolah beneran. Kenapa saya bilang beneran? karena waktu di Gymboree berasa main-main aja dan hanya seminggu sekali. Sekarang sekolah TK, masuknya setiap hari Senin-Kamis, pakai seragam sekolah, pakai sepatu, bawa tas (walaupun isinya cuma kotak pensil, crayon, botol minum, dan bekal), dan masuk pagi jam 7.30.

2 bulan sebelum sekolah mulai, episode mencari sekolah dimulai lagi. Karena saya tinggal di perumahan baru, hanya ada TK Al Azhar dan 1 TK lagi yang ada di ruko. Waktu survey ke TK yang di ruko itu, eh kok gak gitu sreg yah. Jadilah mulai mencari TK-TK yang sudah berdiri lama saja.

Pilihan ada 3.

TK pertama. Sebuah TK di sekolah yayasan, punya gedung sendiri. Jadi bisa aja dari TK sampai SMA disana, seperti suami yang gak bosan-bosan di satu sekolah. Pas survey, eh kok, gak merasa ada yang spesial yah. 1 kelas ada 20an murid dan dipegang 2 guru. Sempat bertanya, apa bisa yang anak-anaknya kepegang dengan hanya 2 guru. Masuk Senin – Sabtu. Kesannya biasa aja deh. Pas tanya ada kegiatan outdoor atau tidak, hanya dijawab jalan-jalan pas akhir tahun saja. Kurang puas deh karena gak bisa nanya apa-apa juga, cuma dijawab dengan datar harga masuk sekolah.

TK ke dua. TK ini mengontrak di rumah, jaraknya hanya 200 meter dari TK pertama. Karena kami survey pas hari Sabtu dan ternyata disana libur, kami gak bisa masuk ke  dalam. Kesan pertama tidak begitu bangat deh. Depannya kotor, rumahnya seperti tidak terawat. Suami langsung tidak setuju.

Di hari biasa, saya menyempatkan lagi datang ke TK ke dua. Kesan kelasnya hmm kusam kerena karpetnya sudah bukan karpet baru, secara fisik memang ini TK meragukan deh hahaha.

Tapi kesan saya langsung berubah saat saya melihat-lihat buku pelajaran di TK A (saya datang kepagian, guru dan murid belum datang, tapi sekolah sudah dibuka oleh OB, jadi bisa numpang masuk lihat-lihat kelas). Saya buka Buku Penghubung, pas halaman yang saya buka ternyata ada pemberitahuan kunjungan ke Giant Supermarket. Apa saja yang harus dibawa murid, kumpul dimana dan jam berapa. Wah, saya langsung tertarik. Dulu saya pernah belanja di supermarket dan bertemu dengan sekelompok anak TK sedang berbelanja ditemani gurunya, ternyata mereka sedang program pengenalan uang dan belanja. Saat itu saya langsung kepengen anak saya juga mendapatkan pengalaman serupa. Makanya pas tahu ada kegiatan outdoor seperti ini saya langsung suka, terus ada juga kurikulum dalam setahun, daftar kegiatan outdoor, dsb.

Saat bertemu dengan petugas TU, dijelaskan tentang kegiatan outdoor ini, selain e supermarket juga ke Peternakan Chimory, Istana Negara, dan ada kunjungan rutin dokter gigi. Wah kok kayanya menarik yah.

TK ke tiga saya datangi langsung setelah TK ke dua. Secara fisik bangunan, walaupun sama-sama di rumah, ini sekolah kelihatan lebih terang dan bersih. Saat bertemu dengan petugas TU, saya menyampaikan maksud untuk mencari TK buat anak saya. TU nya langsung menjawab dengan daftar harga, “Disini, jika anak Ibu lulus dijamin sudah lancar baca dan tulis.” Tak hanya itu, dia langsung memanggil satu anak TK B yang diminta mendemonstrasikan kemampuan baca dan tulisnya.

Waduh, saya terkesan sih. Tapi saya cari TK buat Viriya bukan tujuannya lancar baca dan tulis, itu bonus. Saya cari sekolah yang Viriya bisa enjoy mengikuti kelasnya, bisa bermain, bernyanyi, menari, mewarnai, menggambar, berteman, dan kegiatan lain yang mendorong dia agar bisa bersosialisasi dan menikmati masa-masa kanaknya tanpa tuntutan bisa baca tulis. Terus disini juga ga ada kegiatan outdoor kecuali jalan-jalan akhir tahun ajaran.

Jadi, setelah berdiskusi dengan suami, walau secara fisik bangungan gak sreg, akhirnya kami memilih TK ke dua. Kami merasa kurikulum dan metode mengajarnya paling pas.

Mudah-mudahan Viriya senang sekolah di sini.

May 9, 2014

Akibat main WA saat banjir …

Filed under: Simple n ringan aja — ayacerita @ 6:49 pm

adalah HP kecemplung aja tuh di air, hik.

Langsung dimatiin, batere dikeluarin, dikeringin pakai lap, sampai pakai extra tiupan dari mulut. Berharap besok pagi tuh HP masih bisa digunakan. Doa terkabul, HP masih bisa dipake, buat telepon, WA, sms, browsing, aminnnn.

Seminggu kemudian, tanpa permisi dan mohon pamit, mati total aja. Gak bisa diapa-apain lagi. Padahal gara-gara masih bisa dipakai, gak ada dong pikiran buruk bakalan rusak tuh HP, jadi dengan pedenya sama sekali gak back up nomor contact sama sekali. Alhasil, semua nomor contact hilang, yang tersisa hanya nomor contact di SIMcard. SIMcard itu sendiri saya peroleh dari tahun 2004 dan hanya bisa menampung 100 nomor, pas dicek ternyata sebagian besar adalah nomor-nomor temen kuliah yang sekarang pasti udah pada ganti nomor baru, bahkan ada beberapa nama tidak dikenal yang lupa kenapa dulu bisa saya simpan.

Karena sekarang HP adalah kebutuhan primer manusia, baik di kota maupun di desa, beli dong HP baru, bosan pakai samsung yang kayanya itu lagi-itu lagi, pilih Lenovo. Kebetulan Bronsen dah pakai duluan HP Lenovo, dan juga kami ini entah kenapa sangat setia sekali dengan laptop Lenovo, jadi baik saya dan Bronsen masing-masing punya laptop Lenovo. Jadi dengan semangat mendapatkan kualitas seperti laptopnya, ikutan beli HP Lenovo.

Beberapa waktu lalu, saya pernah membaca artikel review HP Lenovo di tabloid. Yang paling saya ingat kelemahan yang dipaparkan adalah saat menyimpan nomor dengan format “08121234567 “dengan nama “kambing”, tetapi saat “kambing” menelepon, HP tidak bisa mengenali nama “Kambing”, karena yang masuk adalah nomor dengan format “+6218121234567”. Nah sialnya saat beli saya tidak ingat kelemahan ini, saya pikir itukan di seri HP tertentu saja yang kebetulan di review di tabloid itu.

Tetapi sayangnya review itu berlaku juga untuk HP tipe yang saya beli dan juga ternyata Bronsen juga mengalaminya cuma gak pernah komplain dan cerita ke saya. Akibatnya semua nomor contact yang saya simpan saya ubah formatnya pakai awalan “+62” karena kalau enggak gitu, jadi susah pas terima telepon gak ada namanya.

Selain itu saya merasa browsing internet lebih lambat, entah karena sinyal atau gara2 HP nya yah. Tetapi selebihnya saya sih suka dengan ukurannya yang pas, cukup besar tapi cukup masuk kantong celana; hasil fotonya yang keren, dan hmmm apa lagi saya lupa. Tapi cukup puas lah.

Pernah dengar hasil survei, secanggih-canggihnya HP, pengguna HP hanya menggunakan maksimal 40% dari fitur yang diberikan sebuah smartphone, dan …….. itu saya bangat! Bagaimana dengan Anda?

April 2, 2014

Nasi Putih

Filed under: Simple n ringan aja — ayacerita @ 7:57 am

“Nanti lupa lho rasanya nasi bagaimana?”

Itu adalah ungkapan bingung salah satu teman saya yang heran melihat saat saya sedang makan bersamanya di kantin kantor dan saya sama sekali tidak ambil nasi putih. Iyah, sudah beberapa waktu ini saya tidak makan nasi putih, alasannya bukan karena diet kok, tapi karena saya merasa tanpa makan nasi putih, perut saya bisa kenyang.

Awalnya, waktu hamil saya sempat diminta diet karbohidrat oleh DSOG. Jadi setiap malam saya tidak pernah makan nasi, waktu melahirkan dan punya bayi, karena ASI ekslusif, bawaan saya lapar terus, jadi makan nasi juga jalan terus cuma dengan porsi sedikit karena saya lebih memilih makan banyak sayur dan lauk. Selepas ASI, badan saya mulai membesar. Saya ingin mencoba apakah dengan sedikit makan nasi dalam sehari 3 kali makan saya akan kelaparan atau tidak. Jadi makan nasi paling cuma 3 sendok makan setiap kali makan, eh ternyata kenyang tuh, gak merasa lapar.

Beberapa bulan kemudian saya mencoba untuk tidak makan nasi saat makan malam, ternyata saya tidak merasa lapar saat tidur, dan hal ini mudah dilakukan karena kalau makan malam kebanyakan di rumah. OK, hal ini saya lanjutkan dengan membuat peningkatan baru, makan nasi hanya pada saat sarapan atau makan siang, dengan kata lain, sehari hanya sekali makan nasi. Awalnya sulit sih, karena biasa sarapan dan makan siang di luar, jadi kalau pesan makan susah kalau tidak pakai nasi. Misalnya mau makan paket ayam penyet atau bebek bakar, pasti ada nasinya, dan saya meragukan dengan makan sepotong kecil ayam goreng gitu, bisa kenyang ga yah nanti? Terus kalau makan yang judulnya udah ada nasinya misal “nasi padang” atau “nasi goreng”, bingung kan makannya kalau gak pakai nasi. Tapi pernah makan seafood dengan teman-teman, karena pesannya banyak macam lauk jadi saya bisa makan tanpa nasi.

Pas saya di kantor baru yang berupa pabrik ini, makan siang di kantin dengan lauk ala kantin pabrik lah yah. Saya kembali makan nasi lagi karena takut lapar. Bukan apa-apa, di pabrik ini menerapkan standar 5R dimana harusnya gak bisa tuh simpen cemilan di laci haha. Jadi karena khawatir lapar saya kembali makan nasi saat sarapan dan makan siang, walupun dengan porsi 3 sendok makan.

Tidak laparnya saya ternyata dibayar dengan badan yang makin gemuk, yah bayangin aja, di kantor lama, badan masih bergerak karena naik turun halte busway dan jalan kaki cari angkot. Sekarang, kaki saya melangkah hanya ke garasi, naik mobil, duduk manis, sampai kantor turun di lobi, jalan gak lebih dari 30 meter, langsung duduk manis lagi. Jalan kaki di kantor hanya saat ke toilet atau ke kantin saat makan siang. Waduh, gimana badan gak cepat gemuk yah kurang gerak gini.

Akhirnya karena sadar pengeluaran kalori sangat kurang sekali, sedangkan masih gak sempat olahraga (baca : malas sebenarnya), jadi saya berusaha mengurangi asupan yang masuk, jalan paling gampang adalah tidak makan nasi. Dan kali ini tidak makan nasinya langsung dari pagi-malam termasuk saat makan siang di kantin.

Tantangan yang paling besar adalah saat makan siang di kantin, dengan lauk seadanya, kira-kira bisa kenyang gak yah kalau gak pakai nasi. Ternyata saya bisa kenyang, hore.

Tapi saya tidak menolak nasi kok, kalau saya mengukur hari itu fisik saya lumayan bekerja, saya makan nasi walau sedikit. Terus bukan berarti tidak makan nasi saya tidak makan karbohidrat. Karbo tetap makan, tapi kalau misalkan ada makanan lain yang bukan karbo, saya pasti memilih yg bukan karbo. Satu-satunya karbo yang sulit ditolak walaupun ada makanan lain adalah bakmie. Sebagai orang Cina, memang susah yah lepas dari bakmie, apalagi kalau lagi di Teluk Gong dimana tersedia banyak macam bakmie dan rasanya enak-enak, slurrrpp.

Kalau harus makan di luar, saya mencoba konsisten tidak makan nasi. Jadi kalau lagi makan bebek goreng, saya tidak ambil menu paket yang pasti ada nasinya, tapi saya pilih yang “ala carte”, plus tempe tahu goreng. Kalau lagi makan sop iga, soto betawi, yah gak pakai nasi. Kalau lagi makan KFC, pesan 2 potong ayam aja, kenyang kok di perut. Kalau harus pakai nasi, yah hibahkan untuk orang lain aja.

Terus apakah dengan makan nasi jadi lebih kurus? Saya gak gitu ngerti sih, kata suami dan teman-teman saya terlihat lebih kurus, saya juga merasa badan lebih enteng, dan baju celana yang sempat tidak muat akhirnya bisa dipakai kembali. Tapi saya bingung karena timbangan saya cuma turun 1kg kayanya, atau bahkan gak turun, entah larinya kemana itu berat. Memang dari dulu massa tulang saya berat, tapi sebel aja rasanya badan udah berasa kurusan dan baju-baju lama muat lagi, kok timbangannya gak gerak ke kiri yah, hik.

Kadang saya bercanda kalau ada teman yang masih penasaran kenapa saya tidak makan nasi, saya jawab aja “mengurangi ketergantungan terhadap beras karena ada perkiraan dengan konsumsi beras rakyat Indonesia yang luar biasa (bayangkan, sarapan bubur ayam dan roti, belum bisa dibilang makan karena belum makan nasi), beberapa tahun ke depan, beras jadi komoditas langka, jadi kalau nanti tiba waktunya gak ada beras, yah saya sudah biasa makan tanpa nasi.”

 

November 28, 2013

Cikarang, I’m here now

Filed under: Our Transportation,Simple n ringan aja — ayacerita @ 5:59 pm

Ceritanya, saya pindah kantor lagi (iyah memang benar sudah ke sekian kalinya) karena banyak hal yang terjadi di kantor lama dan memang saya harus meninggalkannya sesegera mungkin. Sebenarnya agak berat ninggalin tim yang begitu luar biasa kompaknya, jadi waktu awal saya mengumumkan rencana saya resign ke tim, hik, agak termehek-mehek jadinya. Padahal saya sudah berupaya bikin suasana cair dengan mentraktir mereka es krim, tapi pada waktunya ngomong, tetap saja berat. Aaaarrrgghhh. Tapi seperti yg saya bilang, saya memang harus segera pergi dari sana.

Nah, ceritanya lagi kantor baru saya ini punya banyak kantor, kantor HO, kantor marketing, dan pabrik. Saya ditempatkan di pabrik yang berlokasi di Cikarang. Pas bangat sih menurut saya, selain saya sudah penat bangat di Jakarta yang penuh kemacetan, plus saya akan segera pindah ke Bekasi. Jadi kalau berkantor di Cikarang, perjalanan lebih pendek dan tidak semacet Jakarta harusnya.

Kembali ke Bekasi dan bekerja di Cikarang bikin saya agak jetlag. Kenapa? karena dari kecil saya agak kurang tahu jalanan Bekasi apalagi Cikarang. Maklum anak rumahan. Pas kuliah pun langsung kos di Depok, lanjut kerja semuanya di Jakarta, mulai dari Jakarta Pusat sampai Jakarta Selatan. Pada akhirnya, saya lebih tahu jalanan Jakarta daripada jalanan Bekasi. Bekasi tahunya cuma dari rumah ke MM atau ke terminal Bekasi, daerah lain sekali-kali aja lewat, hanya sekedar tahu tapi jarang bangat lewat sana.

Di kantor yang sekarang karena letaknya di kawasan jadi gak bisa naik kendaraan umum favorit saya plus saya masih gak bisa nyetir mobil, akhirnya saya harus sewa jasa seorang supir. Plus saya juga ternyata harus sering bola-balik HO untuk dipanggil meeting. Untungnya supir saya orang Bekasi asli dan eks supir truk/bus, jadi dia hapal luar biasa jalanan Bekasi serta jalan tikusnya.

Cikarang, pertama kali saya kesana tahun 2004, saat punya klien pabrik yg berlokasi di kawasan (lupa), hanya 2 kali kunjungan. Tahun 2008 juga mengunjugi salah satu pabrik di kawasan Jababeka, beberapa kali bolak balik, tapi karena cuma duduk manis di mobil, sama sekali gak tahu jalannya bagaimana. Tahun 2011, sempat ke Waterboom Cikarang dengan keluarga dan dengan bantuan GPS dan tanya adik saya bagaimanya jalan mencapainya. Yup, kalau ditotal kayanya maksimal cuma 10 kali kunjungan ke Cikarang.

Sulitnya lagi, saya diinterview di HO Jakarta, beberapa kali interview dengan beberapa user dan HR juga di Jakarta. Hari pertama dan ke dua masuk kantor juga harus di Jakarta dulu. Hari ke 3 pas ke Cikarang, bingung hahaha. Untungnya punya supir rajin, jadi sebelum ke Cikarang dia sudah tanya-tanya dimana lokasi pabrik, jadi gak ada acara kesasar salah alamat. Kesan pertama di Cikarang yah seperti kesan orang yang pertama kali ke kawasan industri; banyak pabrik, bis, truk, mobil, motor.

Kesulitan ditemui saat saya harus meeting di luar kantor tapi masih di Cikarang. Seperti ini, “Nanti kita meetingnya di Citywalk aja yah.” Saya sudah jelas tidak tahu itu dimana plus supir saya yang sudah tua juga gak tahu apa itu Citywalk. Bingung deh dan diketawain orang rame-rame hahaha. Lain waktu janjian di luar kantor juga tapi kali ini naik mobil rekan kantor, pas di jalan saya bilang, “Saya jangan diturunin di sini yah, saya gak tahu sekarang ada di mana ini.”

Enaknya kerja di Cikarang, dari Bekasi jaraknya gak gitu jauh, kalau lancar 1/2 jam sampai. Pernah sih ada truk terbalik di tol yang bikin parkir lama di jalan tol, tapi jarang, masih bisa ditolerir lah. Setidaknya saya sudah bisa bernapas agak lega untuk masalah kemacetan ini.

Parahnya ada rekan saya yang rumahnya di Karawaci kerjanya juga di Cikarang (Jababeka), saya salut setengah mati sama dia. Jarak tempuhnya wow gak kebayang deh. Tapi dia masih betah tuh, kita doain aja terus betah hehe.

October 10, 2013

Anak Sakit

Filed under: Cuma mikir,Curhat emak-emak,Viriya — ayacerita @ 6:09 pm

Jiah, ternyata 2 bulan lamanya yah saya tidak menulis apa-apa disini, huhuhu, ini baru mau coba nulis lagi nih tentang pengalaman anak sakit.

Ceritanya suami pindah kerja ke Riau, saya juga waktu bulan Juli posisinya sudah mengajukan surat resign dan akan pindah ke kantor baru habis lebaran, sehingga ceritanya mau ngabisin cuti sekalian berkunjung ke tempat suami selama 10 hari bersama Viriya.

Berangka hari sabtu malam setelah Viriya sekolah, sebenarnya dapat pesawat sore, tapi dicancel jadi jam 20.30 (sama airlines yg tidak perlu saya sebut namanya disini karena udah sering jadi berita), akhirnya sesampainya di Pekan Baru nginep dulu semalam. Pertimbangannya karena perjalanan dari PKU ke Duri bisa 4 jam jadi takut Viriya kecapean. Besok siang setelah makan siang KFC (beli bungkus makan di hotel karena ternyata di PKU selama bulan puasa, kalau siang hari resto cuma boleh melayani take away), kami dijemput travel.

Jam 4 sore sampai di mess suami, sepanjang perjalanan Viriya tidur pulas kecapean rupanya. Pas sampe, matanya langsung melek dan semangat masuk “rumah” papah. Jam 5an karena di wilayah tempat tinggal suami ada playground, kami pun kesana. Dan seperti sudah ditebak sesampainya di playground, Viriya gak mau pulang masih asyik main. Akhirnya jam 6an kami pulang ke mess, mandi, makan malam, istirahat, dan tidur.

Hari senin pagi ke pasar dan mengunjungi sekolah TK dan playgroup di camp kantor suami. Sorenya rencananya mau renang, tapi Viriya tidur siangnya kesorean. Cuma sempet main di playground lagi. Hari Selasa sore akhirnya bisa berenang. Malamnya tanpa diduga Viriya mulai panas. Episode anak sakit dimulai.

Malam itu juga Bronsen beli paracetamol syrup untuk anak-anak (naik sepeda beberapa kilometer katanya karena apoteknya di luar camp dan jauh). Panasnya panas banget kalau pake “tanganmeter”, saya lupa bangat gak bawa termometer, biasa kalau pergi menginap, saya pasti bawa termometer takut anak panas, ternyata kali ini benar-benar lupa. Selasa malam itu badannya panas sekali sampai pagi. Observasi ketat karena takut kejang demam juga.

Karena kakek neneknya di Jakarta dan Bekasi mendesak Viriya dibawa ke dokter akhirnya saya bawa saja ke dokter RS di camp tersebut pada Rabu siang, gratis sih, tapi si dokter anak ini cuma lihat dan raba-raba Viriya sebentar (suhu badannya sampai 39 derajat dan Viriya lemas) dan langsung dong kasih resep paracetamol syrup merk lain (padahal saya sudah bilang saya juga sudah kasih parcet) dan antibiotik. Saya langsung tanya, “kenapa dikasih AB Dok? memangnya ada infeksi bakteri?” Dan langsung dijawab, “Yah kemungkinan infeksi ini, AB yah buat pencegahan infeksinya lebih berat.”

Udah gitu doang ngomongnya, terus saya diminta keluar ruangan sambil bawa resep. Benar-benar kecewa deh, AB kan bukan untuk mencegah infeksi, tapi bodohnya saya juga masih mau ke dokter nurutin saran orang tua padahal demam belum 72 jam belum bisa menunjukan penyakit aslinya. Saya tebus obatnya di farmasi, sebenarnya gak mau tebus AB-nya, tapi harus tebus semua, untung gratis. Tapi pada saat saya tanya apakah ada termometer, apoteknya ternyata tidak  jual, padahal itu yg paling saya butuhkan saat itu.

Rabu, Kamis, Jum’at badan Viriya tetap panas, badannya lemas, maunya tidur saja, makan tidak mau, paling hanya minum susu dan makan puding. Air putih saya paksakan terus masuk agar tidak dehidrasi, mandi air hangat biar badannya nyaman. Parcet setiap panas badannya naik, lagi-lagi hanya berdasarkan tanganmeter. Sempet deg-degan karena tidak ada termometer sama sekali. Selama Viriya panas, saya menguatkan hati dengan membaca-baca tentang demam, DB, thypoid, roseola, HMFD, ISK, plus penyakit khas anak-anak lainnya yg gejala awalnya demam. Sempat galau karena sampai hari Jum’at pagi badannya masih panas dan mendekati waktu 72 jam dan tidak ada gejala lain yang timbul selain demamnya, batuk pilek pun sama sekali gak ada.

Akhirnya Jum’at pagi itu saya bikin janji lagi dengan dokter anak, kali ini dapat DSA berbeda. Saya khawatir saja karena sudah hampir 72 jam dan besoknya kami akan ke Pekanbaru dan Senin akan kembali ke Jakarta. Jum’at siang bertemu dengan DSA yang berbeda, kali ini DSAnya jauh berbeda dari DSA pertama. Pas saya bilang ini demamnya sudah hari Selasa dan hampir 72 jam, dia langsung meminta cek darah, tapi saya juga minta cek urin karena Viriya pernah ISK waktu bayi.

Saat saya belajar mengenai demam itu, saya tahu sebenarnya urutannya adalah cek urin dulu untuk mengetahui ISK atau tidak, bila bukan ISK baru cek darah bila diperlukan untuk menegakan diagnosa awal. Tapi karena waktu mepet besoknya mau ke PKU, saya ambil keputusan menyetujui tindakan tersebut. Jangan ditanya bagaimana mirisnya hati ini saat Viriya nangis teriak karena tangannya disuntik untuk diambil darahnya. Menangisnya tuh berhentinya lama bangat.

Untungnya nakes (tenaga kesehatan) yang mengambil darah menunjukan profesionalismenya, saat nakes pertama tidak bisa menemukan pembuluh darahnya, dia menyerahkan ke seniornya, kemudian seniornya itu juga memanggil seniornya lagi. Jadi saat disuntik prosesnya mulus kecuali untuk mencari pembuluh darah yang memang masih sangat kecil itu.

Hasil tes urin dan darah negatif, tidak ditemukan apapun, trombosit juga normal, leukosit tinggi memang karena ada infeksi, tapi menurut DSA tersebut hanya infeksi virus, bukan bakteri sehingga tidak perlu AB. Dalam hati mengamini, YES, akhirnya ketemu DSA yg bisa diajak tango. Pas saya cerita sebenarnya saya dari Jakarta, DSA pun menyatakan mungkin Viriya kecapean terus berenang terus virusnya mampir dan badannya memang pas lagi gak fit. Karena parcetnya masih ada, DSA hanya meresepkan Viriya vitamin, yang juga tidak saya berikan (setelah baca-baca tentang vitamin yah).

Nah, sepulang dari RS Viriya mulai bawel lagi, nanya ini itu di perjalanan pulang ke mess. Panasnya berangsur turun, makannya mau walaupun sedikit. Tidur siang, minta nonton Disney Junior, mandi sore, terus makan malam walaupun sedikit, dan minta keluar mau naik bis katanya. Saya dan Bronsen antusias, pas ditanya “Memangnya Viriya sudah sembuh?” dan dijawab yakin”Sudah kok, Viriya sudah sembuh”.

Akhirnya malam itu kami bertiga naik bis camp ke arena bowling dan main bowling disana, Viriya memang kelihatan masih lemas, tapi sudah bergerak kesana-kemari, bawel nanya ini itu, kuat jalan kaki yang sebelumnya minta gendong terus, dan suhu badannya normal kembali (lagi-lagi pakai tanganmeter). Lega sekali rasanya bisa melewati periode anak sakit kali ini tanpa intervensi obat-obatan yang tidak perlu, tetapi dalam hati agak menyesal juga kalau tahu hari ini Viriya sembuh, mengapa pula tadi siang buru-buru cek darah, kan sebenarnya tidak perlu disuntik-suntik yah huhuhu. Tapi yah ini jadi pembelajaran saja buat saya dan suami dalam mengambil suatu keputusan tindakan kesehatan untuk anak.

Sabtu, Minggu, sampai Senin perjalanan kembali ke Jakarta, Viriya memang masih agak lemas karena habis sakit, tapi aktivitasnya sudah mulai seperti semula.

2 minggu kemudian saya harus berurusan lagi dengan RS, kali ini mengantar papah saya yang sakit dan harus masuk UGD, untungnya tidak ada hal yang harus terlalu dikhawatirkan kecuali kebiasaaan rokoknya yang menyebabkan jantungnya mengalami pembengkakan, tapi hasil EKG normal dan tidak perlu dirawat. Saat saya di depan counter farmasi menunggu obat papah saya, di sebelah saya ada keluarga beserta 2 anaknya, 1 balita dan 1 masih bayi. Si ayah menerima obat dari nakes yg ternyata untuk anaknya, kebetulan saya bisa dengar apa yg dibilang nakes saat menyerahkan obat; anak pertama dapat obat batuk, puyer untuk pileknya, obat demam, dan vitaminnya, si adik dapat puyer untuk pilek, obat demam, obat anti virus, dan vitamin. Masing-masing anak mendapat 4 macam obat entah total harganya berapa.

Saya berpikir seandainya si ibu dan ayah mengetahui informasi yang tepat mengenai common cold dan bagaimana tindakan yang tepat untuk mengatasinya, pastinya mereka tidak akan mengeluarkan banyak uang untuk obat-obatan tersebut, dan yang lebih penting lagi anak-anak mereka tidak akan terpapar obat-obatan yang sebenarnya tidak perlu itu. Lagi-lagi kesehatan anak ada di tangan orang tuanya.

 

PS : untuk batpil dan demam bisa dibaca infonya di sini http://milissehat.web.id/?p=1498 dan http://milissehat.web.id/?p=1. Kalau masih dirasa kurang bahan bacaannya bisa mampir ke mayoclinic dan web CDC. Jangan lupa baca yang lainnya juga biar belajarnya tambah afdol dan gak panik kalau anak sakit.

July 26, 2013

Penjahatnya Sama

Filed under: Simple n ringan aja — ayacerita @ 4:57 pm
Tags: ,

Sekian lama Sandra Brown gak ngeluarin novel baru, akhirnya bulan lalu kebetulan lihat 2 novel barunya, tapi kalau lihat tanggal cetaknya, kayanya saya aja yg gak ngeliat di rak Gramedia kalau kebetulan lagi mampir disana.

Pertama baca, wow seru nih khas Sandra Brown bangat. Novel thriller dibumbui percikan cinta antara pemeran utamanya, tapi sayangnya gak sampai setengah bukunya, saya sudah bisa tebak pembunuhnya siapa. Gara-gara ceritanya pernah saya baca, entah di buku Sandra Brown (SB) juga atau buku karangan novelis lain.

Garis besar ceritanya, mudah-mudahan bukan spoiler, ada seorang wanita korban pembunuhan yg tidak pernah diketahui pembunuhnya sampai belasan tahun kemudian. Wanita korban ini cantik, genit, incaran laki-laki, terus ada beberapa lelaki yg dekat dengannya, terus dibunuh. Pembunuhnya gak ketemu. Belasan tahun kemudian ada seorang wanita  muda yg mencoba mencari tahu pembunuhnya. Kalau di novel pertama si wanita muda itu adalah anak korban, sedangkan di novel SB ini si wanita tersebut adik si korban.

Si wanita muda menemui pria-pria mantan pacar korban. Banyak orang marah, bergejolak karena insiden pembunuhan tersebut diungkit-ungkit lagi. Getaran asmara antara si wanita muda dan pria-pria mantan pacar korban, petualangan menemukan si pembunuh asli, dan sayangnya pembunuhnya sama. Sama disini maksudnya posisi dan perannya benar-benar sama, bahkan sifat si pembunuh.

Yah, sedikit kecewa sih waktu tahu garis besar ceritanya sama dan ternyata pembunuhnya juga sama.  Tapi gapapalah, hiburan saat nunggu busway daripada bengong. Kaya pagi ini ketika buku yang saya baca habis pas busway masih di Kuningan, sisa perjalanan saya mati gaya, gak tahu mau ngapain lagi. Cuma mandangin jalanan, ngeliatin orang di seberang saya, ngeliat jam udah jam berapa, intinya mati gaya.

Next Page »

Blog at WordPress.com.